Surat Pastoral

MDC Surabaya: PELAYANAN PEMULIHAN

Dalam kehidupan kekristenan kita, ada kemungkinan-kemungkinan untuk jatuh dalam dosa. Kemungkinan berbuat salah terbuka bagi setiap orang. Dan kita tidak dipanggil untuk menghakimi, mengkritik, ataupun menggosipkan, tetapi menolongnya.

Kita dipanggil untuk memimpin orang tersebut kepada pertobatan yang benar dan penyerahan sepenuhnya kepada Kristus dan ajaran-ajaran- Nya. “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” (ayat 1). Kata “memimpin” memiliki makna “memulihkan”, yang dipakai untuk membetulkan jaring atau menyempurnakan watak manusia. Di kitab Galatia 6:1-5 memberi kita pedoman yang spesifik tentang bagaimana berurusan dengan saudara Kristen yang berbuat dosa.

KESADARAN AKAN KELEMAHAN DIRI SENDIRI

“maka kamu yang rohani…”, ini bukan berarti “kamu yang tidak berdosa”. Setiap kita terbuka untuk jatuh ke dalam kesalahan, setiap kita memiliki kelemahan sendiri-sendiri. Namun Alkitab mengajarkan bagi kita yang dewasa rohani untuk memimpin seseorang yang melakukan pelanggaran dan memimpinnya ke jalan yang benar. Kedewasaan rohani seseorang dinilai dari buah Roh yang dihasilkan, memiliki hati hamba/lemah lembut, memiliki pikiran Kristus dan memiliki hati untuk melayani sesama.

BERSEDIA MENANGGUNG BEBAN ORANG LAIN

“Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu!” (ayat 2). Beban adalah suatu kesulitan yang dialami sebagai akibat dari sesuatu peristiwa, kejadian dan sebagainya. Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menerapkan ajaran kasih Kristus dalam perbuatan nyata secara tulus dalam kebersamaan. Cara hidup orang Kristen semestinya saling tolong menolong, karena itulah cara memenuhi hukum Kristus,kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.“Karena itu selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” (ayat 10). Sadari kesempatan mungkin tidak terulang, sebab itu lakukan sesegara mungkin dan janganlah menunda agar kita tidak menyesal. “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik” (ayat 9). Biarlah semua orang terutama saudara seimanmu menikmati hidup bersamamu

TIDAK MEMANDANG RENDAH ORANG YANG DILAYANI

Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.” (ayat 3-5). Orang Kristen harus berhati-hati untuk tidak saling membandingkan diri mereka satu sama lain terutama mereka yang telah dikejutkan dan dikuasai oleh dosa . Orang Kristen perlu menilai diri mereka sendiri sehingga mereka dapat berhubungan secara pantas satu sama lain dan dapat menghindari hal yang melebih-lebihkan diri mereka sendiri .dan tidak lekas menghakimi. Setiap kita diminta untuk menguji pekerjaan sendiri.Akhirnya, mari kita hidup saling membantu dan bertolong-tolongan dimana hal ini merupakan pola hidup anak-anak Tuhan yang memiliki nilai-nilai kasih dan kepedulian terhadap “beban atau persoalan saudara seiman”

Penulis : Pdt. Lydia CSES

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC