Surat Pastoral

Memberi yang terbaik

Memberi adalah tindakan yang lumrah bila dilakukan oleh pihak yang berkelebihan kepada pihak yang berkekurangan. Baik itu kelebihan dalam hal materi, keahlian maupun kesempatan. Seperti kaum yang kaya memberikan sedekah kepada kaum yang miskin.

Mereka yang lebih kuat (dalam kapasitas tenaga, keahlian maupun keilmuan) menolong mereka yang lebih lemah. Namun agak ganjil dan kurang tepat, bila pribadi yang berkekurangan memberikan yang terbaik kepada pribadi yang berkelebihan. Kondisi anomali seperti ini hanya mungkin terjadi bila ada dorongan motivasi yang sangat kuat untuk mewujudkannya. Motivasi itu mungkin karena alasan hutang budi yang terlalu besar sehingga tidak dapat dibalas dengan apapun kecuali memberikan yang terbaik, sebagai ungkapan terima kasih atas pertolongan yang tak ternilai itu. Alasan kedua, motivasi yang lahir dari dorongan cinta kasih yang meluap sehingga hanya yang terbaik yang dapat mewakili cintanya kepada pribadi yang dikasihinya. Kondisi anomali, itulah yang memotivasi perempuan ini memecahkan buli-buli pualam minyak narwastu murni yang mahal harganya dan mencurahkan ke kepala Yesus

Siapakah Perempuan ini?
Ada dugaan, perempuan ini adalah pribadi yang pernah dituduh berzinah dan dihadapkan kepada Yesus untuk dirajam batu sampai mati, sesuai hukum Yahudi pada masa itu. Namun Yesus telah menyelamatkannya dari hukuman mematikan itu.

Berapakah 300 Dinar itu ?
Satu Dinar pada masa itu adalah upah kerja sehari. Kalau dikonversikan nilai hari ini, maka 300 Dinar itu hampir setara dengan 35 juta rupiah.Nilai yang cukup besar karena dapat memberi makan lebih dari 1000 orang untuk sekali makan.Perempuan ini tidak dicatat sebagai pribadi yang Maka kemungkinan besar itu adalah seluruh tabungannya. Itulah ukuran persembahan yang terbaik yang dapat diberikannya kepada Tuhan Yesus. Memberi yang terbaik bukanlah tentang hitungan untung-rugi. Melainkan tentang kualitas kasih seseorang kepada Tuhan yang dikasihinya. Itu sebabnya memberi yang terbaik identik dengan sebuah pengorbanan. Dipihak kita hal itu adalah pengorbanan, tetapi dipihak Tuhan itu adalah pernyataan kasih kita yang tuluskepadaNya. Yesus menyebut tindakan perempuan ini sebagai perbuatan yang baik bagi-Nya.

Ketaatan pada waktunya Tuhan. Yesus tidak mengukur perbuatan perempuan ini dari berapa banyak uang yang dihabiskannya untuk mendapatkan minyak narwastu itu. Melainkan ketaatannya yang mau berkorban bagi Yesus untuk mempersiapkan kematian-Nya. Karena memang sejak hari kematian Yesus sampai dengan hari kebangkitan-Nya, jenazah Yesus tidak pernah diberi wangi-wangian. Sebab kematian-Nya terjadi menjelang petang dan esoknya adalah hari Sabat.Menurut tradisi Yahudi, persiapan hari Sabat sudah dimulai dari petang di hari sebelumnya.

Itu sebabnya tindakan perempuan ini dinilai Yesus sungguh luar biasa, sehingga Ia mengatakan kemanapun injil diberitakan, apa yang dilakukan olehnya akan selalu diingat. Karena perempuan ini bukan hanya memberikan yang terbaik dari ukuran kualitas manusia, tetapi ia juga dimotivasi dengan ketaatan melakukannya pada waktunya Tuhan.

Ternyata memberi yang terbaik, bukan hanya tentang apa yang diberikan melainkan juga motivasi ketaatan kita untuk melakukan kehendak Tuhan. Memberi yang terbaik adalah momen bertemunya ketaatan manusia dengan waktunya Tuhan. Dan ketaatan yang demikian sangat menyukakan hati Tuhan.

Pdt. Yamin Wirantono

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC