Kalimantan

Yohanes Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" Yohanes 2:5

Teringat oleh saya ketika saya belajar untuk pertama kalinya mengendarai mobil. Guru saya mengajarkan dengan memberi instruksi tentang hal-hal yang penting dan perlu diperhatikan ketika saya mengendarai mobil, dan saya pun mengikuti instruksi tersebut dengan seksama. Berjalanya waktu dan seringnya mengendarai mobil, instruksi yang diberikan oleh guru saya tersebut, saya lupakan. Mobil memang berjalan sebagai mana mestinya.

Faktor kebiasaan kadang membuat kita melupakan instruksi yang dahulu pernah kita dapatkan. Tak jarang kebiasaan membuat kita merasa ahli dan paham, hingga terjadi sesuatu, dan mulailah kita mencari dan mengingat instruksi yang dahulu pernah kita dapat.

Contohnya dalam hal dalam membaca firman. Kita tahu bahwa membaca firman adalah hal yang penting untuk kita lakukan sebab dengan membaca firman akan banyak hal yang Tuhan berikan kepada kita, baik itu larangan maupun berkat.

Membaca firman memang kita lakukan, namun ironinya adalah ketika ada larangan atau perintah yang Tuhan berikan, maka tak jarang kita beranggapan kalau pun tidak dilakukan, maka tidak membawa dampak bagi saya, dan sepertinya tetap berjalan dengan normal.

Lihatlah apa yang dilakukan oleh para pelayan pada pesta pernikahan di Kana, mereka mendengar instruksi dari Maria dan Yesus. Siapakah Yesus pada saat itu ? secara kepopuleran, Yesus adalah orang biasa, yang belum terkenal dan sering melakukan banyak mujijat. Tapi tindakan apa yang dilakukan oleh para pelayan ? Dia melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesus - hasilnya, mujijat Allah terjadi.

Renungan dan Penerapan


“...dan tidak seorangpun berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri...” (Kisah Rasul 4:32).

Ketika jemaat mula-mula berdiri, ada sebuah tanda yang dilakukan oleh mereka, yaitu memberi apa yang mereka miliki untuk kepentingan bersama. Kepentingan bersama, menjadi salah satu alasan mengapa mereka menjual dan membagikannya.

Bagi yang punya mereka tidak merasa rugi dari yang mereka miliki. Bagi yang kurang mampu, tidak merasa untung dari apa yg mereka dapatkan. Sebab Firman Tuhan mengatakan, mereka menjual seluruhnya apa yang mereka miliki. Kepentingan bersama, tidak bisa dilihat dari untung atau rugi. Untung atau rugi hanya dapat ditemukan bila ada motifasi pribadi.

Kisah ini kerap digunakan oleh orang yang merasa kecewa terhadap pelayanan gereja. Mereka mulai membandingkan pelayanan gereja dengan gaya hidup gereja mula-mula. Terlepas dari benar atau salah, Cobalah kita mengkoreksi diri ini terlebih dahulu, apakah terdapat motifasi kepentingan pribadi yang masuk dalam diri ini, yang menganggap kitalah yang lebih penting.

Mengapa kisah ini begitu indah, menjawabanya karena Allah ingin hidup orang percaya, adalah hidup untuk kepentingan bersama.

Renungan dan Penerapan


 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC