Jawa Tengah

Kekuatiran adalah sebuah keniscayaan dalam diri manusia setelah jatuh dalam dosa. Kita menjadi kuatir karena kita takut.

Salah satu kunci hidup berbahagia adalah apabila seseorang senantiasa membawa damai, yaitu orang-orang yang lebih memilih untuk bekerjasama bukan bersaing.

Suatu ungkapan kuno mengatakan bahwa kita dinilai oleh teman­teman yang ada di sekitar kita. Ungkapan ini mengandung suatu kebenaran sebab karakter dan sikap teman­teman dekat kita cenderung memengaruhi hidup kita.

“Tidak usah banyak ide, yang penting satu ide saja dan lakukan hal tersebut dengan konsisten. Wes itu tok, ojo neko-neko!!!” Kita tentu pernah mendengar kalimat tersebut, atau bahkan kita salah satu yang sering mengatakan hal tersebut. Seyogianya melakukan suatu tindakan, merupakan suatu pembuktian atas apa dipikirkan dan diimpikan dari seseorang.

Dalam menjalani kehidupan kekristenan, tak jarang kita mengalami situasi yang membuat kita mempertanyakan kedaulatan Tuhan; “Kalau memang benar Tuhan berdaulat, mengapa hal-hal itu terjadi?”

Keberhasilan seseorang tidak bisa lepas dari tanggung jawab yang dipikulnya. Semakin seseorang berhasil dalam hidupnya, semakin besar pula tanggung jawab yang dipikulnya. Tanggung jawab memerlukan suatu kapasitas atau kemampuan untuk memikulnya. Tanggung jawab yang besar tanpa kemampuan atau kapasitas diri yang sama besarnya malah akan mengundang bencana dan kegagalan. Tanggung jawab tanpa kemampuan dan kapasitas diri yang memadai bukanlah tanggung jawab.

Sebagai orang percaya, tidak sulit untuk mengakui keberadaan Allah di saat segala sesuatu dalam kehidupan berjalan dengan baik. Namun seringkali di saat goncangan demi goncangan terjadi, tanpa sadar banyak orang percaya yang lemah imannya akan mulai mempertanyakan pribadi Allah. Biasanya pertanyaan-pertanyaan umum yang sering muncul di masa-masa sulit adalah, “Apakah Allah itu benar-benar nyata?”, “Apabila Dia ada, benarkah Dia peduli?”, “Allah pasti peduli, tapi apakah Dia berdaulat dalam situasi yang tidak terkontrol ini?”, “Apakah Allah masih berbicara di masa sekarang sama seperti di masa lalu?”

Salah satu ujian berat dalam kehidupan se­ seorang yang ingin berhasil adalah caranya bereaksi ketika menghadapi saat darurat. Apakah hal tersebut akan membuatnya hancur berantakan, kehilangan pertimbangan akal sehat dan panik, ataukah ia bisa mempertahankan stabilitas diri, tetap berpikir tenang. Ketika ia ditawari sejumlah besar uang dan kedudukan atau tawaran dunia lainnya yang menggiurkan, apakah ia akan bertindak melenceng karenanya atau tetap setia dan hidup dengan integritas?

Mendengar suara Tuhan dan mengetahui kehendak-Nya, merupakan kerinduan banyak orang Kristen. Dalam Perjanjian Lama, tidak semua orang dapat memiliki akses langsung kepada Tuhan. Mereka memerlukan seorang perantara, yaitu nabi. Dalam Perjanjian Lama, orang perlu datang kepada nabi untuk meminta petunjuk Tuhan dan apa yang dikehendaki Tuhan. Namun dalam masa Perjanjian Baru seperti saat ini, setiap orang yang percaya kepada Kristus memiliki akses langsung kepada Tuhan, tanpa manusia untuk menjadi perantaranya; “Karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.” – Efesus 2:18.