Bangun tidur pada pagi hari terasa berat karena terbayang begitu banyak hal yang harus diselesaikan. Kehidupan berjalan sebagai rutinitas. Pagi berangkat ke kantor,mengerjakan hal yang menjadi target. Sebisa mungkin berlamalama di kantor, lalu pulang dalam keadaan lelah dan tertidur di depan TV. Tidak ada semangat. Tidak ada target pribadi. Tidakada kehidupan sosial. Tidak ada kesenangan.
Hari libur pun dihabiskan di atas tempat tidur atau di depan TV. Ketika hari libur berakhir,terasa sangat berat untuk kembali ke kantor. Hal yang dikejar hanyalah uang, posisi atau jabatan, sesuatu yang pasti hilang ketika mereka menjadi tua. Tidak lebih dan tidak kurang. Mereka tidak mempunyai waktu untuk menyenangkan diri maupun keluarganya. Seakanakan pekerjaan adalah segalagalanya.
Sebenarnya, mereka seperti orang miskin pada umumnya. Mereka merasa tidak memiliki harapan. Mereka menganggap bahwa tidak mungkin nasib mereka akan berubah. Bahkan menurut mereka, anak cucu mereka juga akan mengalami hal yang sama dengan mereka. Inilah yang menjadi masalah terbesar manusia, hilangnya pengharapan.
Apabila pengharapan kita mati, semangat kita mati, antusiasme kita mati, sukacita kita mati.Sekalipun tubuh kita masih hidup, sebetulnya kita sudah mati. Hidup tanpa pengharapan bukan lagi kehidupan sebab pengharapan adalah tanda adanya kehidupan. Tidak adanya pengharapan akan menyebabkan kita mati secara batiniah sekalipun secara tubuh masih hidup.
Penulis : Pdt. Petrus Nawawi, MA
Penatua dan Koordinator Umum GKPB Fajar Pengharapan
Ketua Umum Majelis Pusat GKPB