Orang yang selalu mengeluh, menggerutu dengan mengatakan, “Huh! Tuhan memberikan duri di antara bunga mawar yang indah.” Sementara, orang yang biasa bersyukur mengatakan, “Syukur! Di tengah duri, Tuhan masih memberikan bunga mawar yang indah!” Akibatnya,orang yang menggerutu selalu menghadapi hari yang suram dan kelelahan. Sementara, orang yang biasa bersyukur akan selalu hidup dengan sukacita, pengharapan, dan kekuatan baru di tengah-tengah kesulitan.
Ada seorang yang bangkrut. Ia sangat bersedih, seakan-akan semuanya sirna. Pabriknya disita oleh bank, hartanya sudah habis. Apalagi yang ia punyai? Menghitung hal yang kita punyai merupakan cara terbaik supaya kita bisa bersyukur. Orang yang bangkrut tadi pun melakukannya. Mulailah ia menulis, “Istri saya yang setia, anak saya yang mencintai saya, kursi, lemari es, dan seterusnya.” Mulailah muncul senyum di bibirnya setelah ia bersyukur. Sebenarnya, saat itu tidak ada yang berubah dengan barang kepunyaannya. Namun, ia menghadapi kebangkrutannya dengan rasa syukur.
Ada seorang yang bangkrut. Ia sangat bersedih, seakan-akan semuanya sirna. Pabriknya disita oleh bank, hartanya sudah habis. Apalagi yang ia punyai? Menghitung hal yang kita punyai merupakan cara terbaik supaya kita bisa bersyukur. Orang yang bangkrut tadi pun melakukannya. Mulailah ia menulis, “Istri saya yang setia, anak saya yang mencintai saya, kursi, lemari es, dan seterusnya.” Mulailah muncul senyum di bibirnya setelah ia bersyukur. Sebenarnya, saat itu tidak ada yang berubah dengan barang kepunyaannya. Namun, ia menghadapi kebangkrutannya dengan rasa syukur.
Penulis : Pdt. Petrus Nawawi, MA
Penatua dan Koordinator Umum GKPB Fajar Pengharapan
Ketua Umum Majelis Pusat GKPB