Mulailah Thomas Alva Edison memancing dengan suatu ketetapan hati untuk mendapatkan ikan. Ia duduk diam memegang pancingnya. Dari pagi hingga malam hari belum ada ikan yang ditangkap. Keesokan paginya ketika teman-temannya bangun pagi, mereka melihat Thomas Alva Edison sudah berada di tempatnya dengan alat pancing. Ia terus menunggu sampai malam tiba lagi. Belum juga ada ikan yang ditangkap, tetapi ia tidak beranjak. Ia sudah bulat hati untuk menangkap ikan dan terus mencoba sekalipun tidak dapat seekor ikan pun. Akhirnya, karena waktu sudah habis teman-temannya mengajak pulang. Namun, ia tidak mau mengangkat pancingnya sebelum dapat ikan. Sampai akhirnya pemimpin rombongan menjalankan perahu yang dipakai untuk mancing dan meninggalkan tempat pancing.
Kalau saja Thomas Alva Edison yang menentukan waktu harus pulang pasti ia baru akan pulang apabila sudah mendapatkan ikan. Tidaklah heran apabila orang sepertinya menjadi penemu terbesar sepanjang sejarah dunia. Ia pernah bertahan ketika mengalami kegagalan sampai lebih dari 10 ribu kali sebelum akhirnya menemukan temuannya yang berharga.
Itulah karakter. Sikap yang sama baik di tempat liburan atau di tempat kerja. Karakter sejati bukanlah serangkaian tingkah laku baik yang hanya kita pakai ketika berada di tempat kerja kemudian ditanggalkan lagi ketika di rumah. Seorang pemenang bukan orang yang tidak pernah gagal, melainkan orang yang tidak pernah menyerah ketika kegagalan datang.
Penulis : Pdt. Petrus Nawawi, MA
Penatua dan Koordinator Umum GKPB Fajar Pengharapan
Ketua Umum Majelis Pusat GKPB