Ia terlalu sibuk menuntut perhatian dan perlakuan istimewa dari sekitarnya. Ia seperti seorang muda yang menghadiri pesta pernikahan dan berkata, “Seandainya saya yang jadi mempelainya, semua orang memberi ucapan berbahagia kepadaku.” Kemudian ia hadir da lam kebaktian dan berkata, “Seandainya saya pendetanya, semua orang pasti lebih mendengar perkataanku.” Di TV, ia melihat seorang artis yang dieluelukan dan ia berkata dalam hati, “Seandainya saya artis tersebut, semua orang pasti terpesona terhadapku.”
Ia selalu sibuk dengan diri sendiri. Dirinya sendirilah yang selalu menjadi pusat perhatiannya. Akan lebih baik kalau ia sibuk memerhatikan orang lain, terutama orang yang sengsara, karena ia pun akan mendapat imbalan sukacita daripadanya. Tahukah Anda bahwa semakin kita memerhatikan diri kita sendiri terusmenerus, semakin kita tidak bahagia? Sebaliknya, semakin kita memerhatikan orang lain, kita akan semakin mengecap kebaha giaan dan sukacita?
Jika memerhatikan diri sendiri, semakin kita tidak akan pernah puas. Namun, kalau kita memerhatikan orang lain, Allah akan memuaskan kita. Putuskan mulai saat ini untuk mengambil inisiatif lebih dulu dengan tersenyum, memberi sapaan ramah, atau bahkan perhatian khusus kepada orangorang dekat kita seperti tetangga, teman kerja, dan sebagainya. Tindakan yang kita lakukan ini akan menciptakan suasana positif dalam hati kita.
Penulis : Pdt. Petrus Nawawi, MA
Penatua dan Koordinator Umum GKPB Fajar Pengharapan
Ketua Umum Majelis Pusat GKPB