Surat Pastoral

MDC Surabaya : ALAH YANG SETIA

Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia (1 Korintus 1:9). Kesetiaan berbicara tentang relasi, dan relasi ini menjadi dasar ketika kita membangun kesetiaan. Tiga hal penting yang dapat kita pelajari dari kesetiaan Allah, yakni kesetiaan-Nya dalam ciptaan,kesetiaan-Nya dalam sejarah umat manusia, dan kesetiaan-Nya akan masa yang akan datang.

Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia (1 Korintus 1:9). Kesetiaan berbicara tentang relasi, dan relasi ini menjadi dasar ketika kita membangun kesetiaan. Tiga hal penting yang dapat kita pelajari dari kesetiaan Allah, yakni kesetiaan-Nya dalam ciptaan,kesetiaan-Nya dalam sejarah umat manusia, dan kesetiaan-Nya akan masa yang akan datang.

Kesetiaan Allah dalam ciptaan

Allah memulai segala pekerjaan-Nya dengan menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1), dan melihat semua yang diciptakan-Nya itu baik dan sungguh amat baik adanya. Allah membangun relasi yang erat dengan semua ciptaan-Nya dan terlebih kepada manusia yang merupakan gambaran-Nya sendiri. Namun kejatuhan manusia dalam dosa membuat relasi Allah dengan manusia menjadi rusak dan hal ini mempengaruhi kesetiaan manusia kepada Allah. Ya, manusia tidak lagi setia kepada Allah. Apakah pada waktu manusia berdosa dan tidak lagi setia kepada Allah, dapat mempengaruhi kesetiaan Allah kepada manusia dan ciptaanNya? Alkitab menegaskan sekali-kali tidak! (Roma 3:3). Jika kesetiaan Allah diukur dari kesetiaan manusia tentu kesetiaan Allah hanyalah kesetiaan yang semu dan tidak dapat dipercaya. Jadi kita telah melihat Allah adalah pribadi yang setia, dan Ia setia terhadap pekerjaan dan janji-janjiNya termasuk kepada yang Ia ciptakan.

Kesetiaan Allah dalam sejarah

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10). Dan Ia menyatakan bahwa “Ia adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 22:13). Kita melihat bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu adalah Allah yang sangat serius dengan ciptaan-Nya. Dari banyak kisah dalam Alkitab, kita menemukan satu kisah yang memperlihatkan bahwa Allah adalah setia yang dibuktikan melalui kesetiaan-Nya kepada bangsa Israel umat pilihan-Nya. Nabi Elia menjadi contoh

Bagaimana pada masa kesukaran yang ia alami Allah setia dan menemaninya (1 Raja-raja 19:1-18). Nabi Elia marah kepada Tuhan, dalam kondisi yang begitu tertekan, ia tidak lagi mau melayani Tuhan. Tetapi kita perhatikan, bahwa Allah tetaplah Allah yang setia. Hal ini terwujud dari kesabaran-Nya “mengurusi” Elia. Dengan kelemah-lembutan Allah memulihkan sedikit demi sedikit depresi yang dialami oleh Elia. Saat Elia dipulihkan oleh Allah, dia bukan saja dipulihkan dari masalah pribadinya sendiri, tetapi Allah juga memperluas area pelayanan dari sebelumnya. Bahkan Alkitab menuliskan Elia yang tadinya mengalami depresi, Elia yang sama yang telah mengalami pemulihan, kemudian mengurapi tiga orang penting dalam sejarah bangsa Israel yang tercatat dalam (1 Raja-raja 19: 15-16) yakni Hazael raja Aram, Yehu cucu Nimsi menjadi raja atas Israel dan Elisa bin Safat yang kemudian menggantikannya. Area pelayanan yang diperluas oleh Tuhan atas pribadi Elia membuktikan bahwa Allah adalah Allah yang setia atas sejarah dari bangsa-bangsa.

Kesetiaan Allah untuk masa yang akan datang

“Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8). Ya, Ia tetap sama dalam kesetiaan-Nya, sehingga kita dapat berharap dan menaruh pengaharapan akan perkaraperkara yang di depan kita yang belum kita ketahui. Sama seperti firman-Nya kepada bangsa Israel pada waktu mereka akan mengalami masa pembuangan, firman ini juga yang kemudian memberikan kita kekuatan untuk menjalani perjalanan kita ke depan “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11). Puji Tuhan karena kita memiliki Allah yang setia dalam menemani kita masa suka dan duka, menemani masa lampau yang penuh tantangan, sehingga kita bisa sampai hari ini. Sekarang kita dapat mengatakan Eben-Haezer, katanya: "Sampai di sini TUHAN menolong kita". Biarlah ini menjadi bekal bagi kita bahwa masa depan kita adalah Masa Depan yang Cerah. Tuhan Yesus memberkati.

Penulis: Pdt. Andreas Raharjo

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC