Inilah yang terjadi pada Ahitofel, salah seorang penasihat Raja Absalom. Raja Absalom meminta nasihat pada Ahitofel mengenai strategi apa untuk menghadapi ayahnya, Raja Daud. Ahitofel pun memberikan nasihatnya. Tapi rupanya Raja Absalom kurang yakin dengan nasihat Ahitofel, sehingga ia meminta nasihat juga pada Husei orang Arki. Raja Absalom pun memutuskan untuk memilih nasihat Husei, dan tidak mengindahkan nasihat Ahitofel. Merasa nasihatnya diabaikan, Ahitofel menjadi sangat kecewa sehingga timbullah kepahitan dalam hatinya. Kecewa dan pahit hati yang ia alami membuat ia mengambil keputusan yang salah dan merugikan diri sendiri; gantung diri (2 Samuel 17:1-25)
Apa yang kita lakukan agar kita tidak terjebak menghadapi kepahitan?
Berhentilah marah dan tanggalkan panas hati, karena kemarahan hanya membawa kita kepada kejahatan (Mazmur 37:8).
Hendaklah kita ramah seorang terhadap yang lain, saling mengampuni, sebagaimana Kristus Yesus telah mengampuni kita (Efesus 4:32).
Hiduplah dalam kasih, sebab kasih itu sabar, murah hati, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang (1 Korintus 13:4-5).
Kuasai diri, jadilah tenang, supaya kita bisa berdoa (1 Petrus 4:7)
Saudara, Tuhan telah memberikan Firman-Nya sebagai petunjuk bagi kita agar terhindar dari perangkap kepahitan dan juga untuk keluar dari perangkap kepahitan. Bagian kita adalah melakukannya.
Penulis : Pdt. David Budidharma