Surat Pastoral

Inspirasi Film Deep

Musa adalah tokoh Alkitab yang dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Awalnya, dia sama sekali nggak mau menerima mandat tersebut. Karena dia sadar, dia adalah pribadi yang lemah dan pastinya nggak bakal sanggup memimpin orang-orang Israel yang jumlahnya cukup besar itu. Tapi pada akhirnya dia bersedia, tapi dengan syarat Tuhan kiranya senantiasa memimpin dia (Keluaran 4: 12).

Nggak mudah memimpin bangsa yang tegar tengkuk seperti orang Israel. Sekalipun Musa sudah memimpin mereka melewati padang gurun dan menunjukkan penyertaan Tuhan atas mereka, mulai dari menghadirkan air lewat batu, menurunkan manna, membelah laut, menurunkan tiang awan dan tiang api untuk memimpin perjalanan mereka. Tapi bangsa ini tetap saja bersungut-sungut.

Mereka menyalahkan Musa karena sudah membawa mereka ke padang gurun yang tak berujung. Mereka bahkan tak percaya dengan janji Allah akan tanah perjanjian yang sudah disediakanNya (Keluaran 17: 1-6)

Pertanyaannya adalah bagaimana sikap Musa sebenarnya saat menghadapi segala gerutu dan sungut-sungut bangsa Israel itu? Yang pasti, Musa seenggaknya merasa pusing, stress dan bisa jadi dia berniat untuk tak mau memimpin bangsa ini sampai ke tanah perjanjian.

Dan dalam suatu pernyataan, Musa akhirnya mengakui ketidakberdayaannya memimpin bangsa itu seorang diri. Katanya, “"Pada waktu itu aku berkata kepadamu, demikian: Seorang diri aku tidak dapat memikul tanggung jawab atas kamu.” (Ulangan 1: 9). Dalam hal ini, Musa mengakui bahwa dia pastilah nggak bisa membawa bangsa itu tiba di tanah perjanjian kalau sama dia tak diarahkan oleh Tuhan sendiri.

Kisah yang dialami Musa ini hampir mirip dengan kisah petualangan si ubur-ubur dalam film animasi anak berjudul ‘Deep’. Film ini bercerita tentang Deep, si gurita kecil yang akan mewariskan tahta kepemimpinan bawah laut dari sang kakek Kraken kelak ketika dia sudah siap memimpin segerombolan ikan-ikan laut di sarang mereka. Benih kepemimpin Deep sudah mulai muncul sejak di usia belia.

Dia adalah gurita kecil yang suka bertualang ke dunia lain. Sekalipun sang kakek tak mengijinkan dirinya untuk keluar dari sarang, namun keingintahuan Deep jauh lebih besar dari larangan itu. Dia sama sekali tak peduli dengan hukuman atau ultimatum yang kerap dilayangkan sang kakek.

Singkat cerita, suatu kali Deep pun keluar gerbang sarang dan mulai menjelajah dunia di luar sana bersama dua sahabatnya si ikan pemancing kutu buku Evo dan si udang laut Alice. Akibat ulah Deep, rumah mereka pun hancur karena ledakan bom saat dia bermain-main dengan benda-benda berbahaya di luar sarang tersebut. Alhasil, gempa bumi bawah laut yang dahsyat pun terjadi dan menghancurkan sarang mereka. Sementara Kraken dan gerombolan terjebak di bawah sana.

Untuk menyelamatkan sang kakek dan semua makhluk laut yang ada di dalam sarang, Deep pun memimpin petualangan mencari si Paus Nathan, yang adalah sahabat sang kakek, untuk menyelamatkan gerombolan yang terjebak di rumah itu.

Deep, Alice dan Evo pun memulai petualangan penuh tantangan itu. Tanpa tahu arah yang pasti, sebagai pemimpin Deep hanya mengandalkan insting. Sekali-kali kedua sahabatnya memberikan pendapat, namun Deep yang overconfidence mengabaikannya dan hanya percaya dengan arahannya sendiri.

Arahan Deep membawa mereka harus berhadapan dengan vampir gurita di sebuah kapal besar. Nggak cuma itu, cara kepemimpinannya juga membuat sahabatnya Evo hampir terbunuh. Alice dan seekor ikan belati moray bernama Maura yang mereka temui diperjalanan akhirnya mengaku muak dengan setiap keputusan salah yang dilakukan Deep.

Mereka pun menasihati Deep untuk mau mendengarkan. Sekalipun dia adalah seorang pemimpin, Deep tetap harus mau mendengarkan orang lain. Mendengar teguran itu, diapun berubah.

Dia memberikan teman-temannya kesempatan untuk berbicara dan memberikan ide supaya mereka bisa menemukan si Paus Nathan. Alhasil, dengan kerja sama yang baik Deep dan sahabat-sahabatnya berhasil menemukan Nathan dan selamat dari jebakan penjahat piguin yang hendak membunuh mereka.

Deep pun berhasil membawa Nathan untuk menyelamatkan sang kakek Kraken dan seluruh penghuni bawah laut. Petualangan tersebut mengajarkan Deep soal pelajaran kepemimpinan yang tak ternilai harganya. Dia akhirnya berubah dari seorang pemimpin yang egois menjadi pemimpin yang mau menghargai pendapat orang lain dan mau menerima arahan dari yang lain.

Deep pada akhirnya mengaku bahwa keberhasilannya menemukan Nathan adalah berkat kerja sama dengan sahabat-sahabatnya itu. Dia tak mau dipuji sendirian atas pencapaian itu. Sikap ini pula yang disampaikan Musa kepada bangsa Israel saat dalam perjalanan dari Horeb sampai ke Kadesh-Barnea yang ditempuh lewat pegunungan Seir. Dikatakan bahwa sekonyong-konyong dia tak akan sanggup memimpin orang-orang Israel itu jika hanya seorang diri saja (Ulangan 1: 9). Karena kerendahan hatinya mau mendengarkan pimpinan Tuhanlah Musa bisa memimpin bangsa itu.

Jadi pemimpin itu nggak gampang. Karena jadi pemimpin bukan berarti harus selalu memerintah dan nggak mau mendengarkan orang lain. Sebaliknya, seorang pemimpin harusnya adalah sosok yang mau belajar menerima pendapat orang lain, menimbangnya dan memutuskan penuh kebijaksanaan.

Sumber : Jawaban.com

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC