Jika kita menyelidiki kitab Ayub, kita tidak akan menemukan kesalahannya sedemikian sehingga ia harus mengalami semua penderitaan itu. Tetapi di akhir kisah tersebut kita menemukan bahwa Ayub bertobat dan menyesali perkataannya, dan itu menjadi awal dari pemulihannya. Beberapa hal yang bisa kita pelajari:
1. DI HADAPAN ALLAH KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA
Mazmur 143:2 Janganlah beperkara dengan hamba-Mu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorangpun yang benar di hadapan-Mu. Ini mungkin kebenaran yang sulit diterima di zaman sekarang. Allah kita begitu kudus dan sempurna sehingga tidak akan ada seorangpun yang dapat bertahan dalam penghakiman-Nya. Ayub mungkin tidak bersalah di mata manusia, tapi dia tetap adalah orang berdosa di hadapan Allah. Waktu Allah membiarkan Iblis untuk menghancurkan hidup Ayub, Ia tidak sedang berlaku tidak adil. Ayub berpikir bahwa ia tidak layak menerima semua penderitaan itu, bahwa sebagai orang yang saleh seharusnya ia layak untuk menerima hidup yang nyaman dan selalu diberkati. Tapi Ayub tidak menyadari bahwa semua berkat yang ia terima adalah hasil kemurahan Allah, bukan karena kesalehannya. Kita juga cenderung seperti Ayub, memandang bahwa Tuhan memberkati karena usaha kita untuk hidup saleh. Sesungguhnya kesalehan kita sama sekali tidak berarti. Tanpa pengorbanan Kristus, orang yang paling saleh pun tetap akan menerima hukuman kekal. Di akhir kisah Ayub menyadari kesalahannya, betapa terbatasnya pengenalannya akan Allah yang Kudus. Saat mata Ayub terbuka, ia merendahkan diri dan mencabut semua perkataannya dan dengan menyesal menerima semua kondisi yang diijinkan Tuhan menimpa dia. Ini adalah awal dari pemulihan Ayub yang luar biasa.
2. PEMULIHAN TERJADI SETELAH AYUB BERDOA UNTUK ORANG LAIN
Ayub 42:10 Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabatsahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. Ayub dipulihkan bukan setelah ia mendoakan diri sendiri, tapi setelah ia mendoakan teman-temannya. Kemungkinan besar Ayub sangat kecewa dengan teman-temannya yang terus mencari kesalahannya di tengah segala penderitaan yang begitu berat. Bukannya menghibur, mereka justru mengatakan halhal klise dan menuduh Ayub telah berbuat dosa yang serius sehingga menerima akibat yang begitu buruk. Dalam kejengkelannya Ayub bahkan sempat berujar, "Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!” (Ayub 16:2). Oleh perintah Allah Ayub kemudian mengampuni dan mendoakan teman-temannya, dan setelah itu ia menerima pemulihan dua kali lipat. Kita perlu mengampuni dan mendoakan orang yang menyakiti kita, karena kitapun adalah orang berdosa yang diampuni. Pemulihan terjadi saat kita melepaskan pengampunan dan berdoa untuk orang yang bersalah kepada kita.
Merendahkan diri karena menyadari keberdosaan kita dan mengampuni orang lain adalah kunci dari pemulihan dua kali lipat yang dialami oleh Ayub. Ijinkan Roh Kudus untuk menerangi hati kita agar kebenaran ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis : Pdt. Agus Lianto