Surat Pastoral

Gua Abba Yerusalem, Makam Raja Orang Yahudi yang Disalib

Sejarawan membuka lagi isu seputar makam “Gua Abba” di Yerusalem. Diduga adalah makam Raja Orang Yahudi yang disalib Roma atas perintah Raja Herodes.

Hilang dan hampir dilupakan selama bertahun-tahun di tengah-tengah kesibukan berita tentang penemuan arkeologi lain di dan sekitar Yerusalem, “Gua Abba” ini bisa dibilang masih dalam daftar kasus yang belum terpecahkan dalam penemuan makam kuno dari abad terakhir. Namun awal April ini, Dr. James Tabor, Profesor Yudaisme kuno dan Kristen awal di University of North Carolina, Charlotte, telah menulis pengingat yang mengangkat beberapa isu tentang gua yang menjadi kisah dimulainya penjajahan wilayah Palestina ini oleh kekaisaran Romawi.

Cerita dimulai dengan penemuan pada tahun 1970 ketika para pekerja konstruksi tidak sengaja menemukan sebuah makam kuno saat membangun sebuah rumah pribadi di kampung Givat Hamivtar di Yerusalem Timur. Menariknya, makam itu tidak jauh dari makam lain yang terkenal digali pada tahun 1968, juga di Givat Hamivtar, yang berisi tulang abad pertama Masehi dari pria yang disalibkan bernama Yehohanan. Tapi, makam yang ditemukan tahun 1970—terdiri dari dua ruang—bertarikh abad pertama sebelum Masehi.

Dalam makam terdapat osuarium terukir hiasan. Osarium adalah kotak kapur yang digunakan oleh orang Yahudi abad pertama untuk mengumpulkan dan menyimpan tulang-tulang anggota keluarga yang telah meninggal satu tahun setelah kematian. Di dinding makam di atas osuarium itu terdapat sebuah prasasti dalam bahasa Aram:

“Saya Abba, anak imam Eleazar. Saya Abba, yang tertindas, yang dianiaya, lahir di Yerusalem dan diasingkan ke Babel, yang membawa kembali Matatias anak Yehuda dan dikuburkan di gua yang saya beli.”

Penyelidikan dan interpretasi awal makam dan isinya pada 1970-an membuat para ahli menyimpulkan bahwa itu adalah makam berisi tulang Antigonus II Matatias, raja terakhir dari dinasti Hasmoni (Hasmonean), keluarga Yahudi penguasa wilayah Palestina yang berdiri ketika Pemberontakan Makabe berhasil melempar kuk Kekaisaran Seleukus di abad kedua sebelum Masehi.

Namun, kisah Antigonus II adalah sebuah akhir yang mengerikan. Ia ditangkap dan dieksekusi dengan disalib dan dipenggal kepalanya atas perintah Markus Antonius pada tahun 37 SM setelah Yerusalem direbut dan takhta diduduki raja Herodes.

Keadaan dan makam menjadi bukti. Misalnya, isi prasasti Abba di dinding makam; osuarium berhias rumit yang wajar untuk seorang raja; tulang seseorang berusia 25 tahun—termasuk tangan dengan paku tertanam dan potongan rahang dan tulang ekor, indikasi penyaliban dan pemenggalan—semua bukti osteologis akan konsisten dengan apa yang diketahui tentang Matatias.

Selain itu ada bukti lain, sedikit sekali tulisan pada osuarium mengidentifikasi isinya, ditambah dengan temuan bahwa osuarium itu tersembunyi di ceruk di bawah lantai gua—keadaan yang bisa konsisten dengan seseorang yang mengamankan jenazah raja yang kalah selama waktu ketika dinasti Hasmoni berada di bawah penganiayaan setelah jatuhnya Matatias.

Tapi kemudian, pakar lain membantah penafsiran ini. Terutama adalah analisis tulang oleh Patricia Smith dari Universitas Ibrani. Smith menyimpulkan bahwa potongan rahang adalah milik seorang wanita tua, dan bahwa paku yang ditemukan di osuarium itu tidak menembus tulang.

Kasus ini 'ditutup' selama bertahun-tahun. Sampai dua ahli mulai memeriksa kembali kasus tersebut.

Ahli pertama adalah Yoel Elitzur, seorang sejarawan dari Universitas Ibrani dan sarjana bahasa Semit yang pada tahun 2013 menerbitkan sebuah studi yang mengidentifikasi Abba, nama orang yang tertulis di dinding di atas osuarium makam, sebagai kepala keluarga (menurut Yosefus) pendukung Hasmoni bahkan setelah Herodes telah naik takhta.

Ahli kedua adalah Israel Hershkovitz, seorang antropolog Universitas Tel Aviv, yang kembali memeriksa paku yang ditemukan dalam osuarium menggunakan mikroskop elektron, dan menemukan bahwa paku memang menembus tulang tangan—melalui telapak dan dibengkokkan, mungkin untuk menjaga lengan dan tangan tertempel pada balok salib.

Selain itu, kata Hershkovitz, pemeriksaan dan kesimpulan Smith sebelumnya mengenai jenis kelamin tulang tidak meyakinkan. Sebab, tulang yang dia diperiksa tidak cukup jelas untuk mengidentifikasi jenis kelamin orang tersebut. Ini adalah selain dari kenyataan bahwa, jika Smith benar, orang-orang Romawi menyalibkan seorang wanita, sesuatu yang menurut Hershkovitz itu adalah perbuatan yang hampir tidak pernah dilakukan Roma.

Tabor, untuk bagian itu, setuju dengan interpretasi awal atas penemuan makam Abba. Karena argumen untuk sisa-sisa dari laki-laki yang disalibkan dan dipenggal di dalam kubur masih meyakinkan. Mengambil semua fakta bersama-sama, “hipotesis bahwa individu ini adalah Imam Agung Hasmoni alias Raja Antigonus,” kata Tabor, “ternyata menjadi pilihan yang masih masuk akal.”

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC