Surat Pastoral

MDC Surabaya: PENGHARAPAN KEMULIAAN

Penderitaan dan kesulitan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari realita hidup ini. Namun perlu kita pahami bahwa penderitaan yang kita alami sebenarnya merupakan awal atau prasyarat untuk mendapatkan kemuliaan. Dengan kata lain, kemuliaan itu sangat erat kaitannya dengan penderitaan. Tiga pelajaran penting yang kita dapat petik dari perikop di atas:

1. Penderitaan saat ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. (ayat 18)

Penderitaan yang kita alami sementara hidup di dunia ini bukanlah suatu akhir dari segalanya, melainkan justru sebuah petunjuk dan pertanda untuk kita memperoleh kemuliaan di masa mendatang. Jadi ketika mengalami pergumulan dan kesusahan janganlah heran dan jangan mengeluh, karena sesungguhnya kemuliaan akan menyusul.

Firman Tuhan mengatakan bahwa pencobaan yang kita alami tidak akan melampuai kekuatan kita. Dia tahu sampai seberapa kemampuan dan kekuatan kita. Tuhan tidak akan membiarkan anak-Nya dicobai melampaui kekuatannya. Rancangan Allah bukanlah rancangan kecelakaan, melainkan rancangan yang mendatangkan damai sejahtera dan memberikan hari depan yang penuh harapan. Di sinilah pentingnya hidup bergantung kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya ketika sedang dalam pemrosesan hidup menghadapi kesulitan dan penderitaan.

2. Seluruh ciptaan mengerang dan menantikan

saat di mana kemuliaan tersebut dinyatakan melalui anak-anak Allah (ayat 19-22) Penderitaan merupakan cara Allah dalam membangkitkan kerinduan yang besar pada seluruh ciptaan untuk melihat kemuliaan Allah. Sedangkan Kemuliaan Allah tersebut harus dinyatakan melalui anak-anak-Nya. Anak-anak Tuhan harus menyatakan dirinya untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Dengan kata lain dunia menaruh harap akan kemuliaan Allah dinyatakan melalui Gereja-Nya. Dunia ini telah dikuasai oleh kesia-siaan, dengan demikian orang tidak mempunyai alasan untuk berharap pada dunia, melainkan pada kemuliaan yang sesungguhnya. Oleh karenanya Firman Tuhan ini mengatakan bahwa seluruh ciptaan mengeluh dan mengerang seperti orang sakit bersalin. Ibu-ibu yang sakit bersalin pasti mengerang kesakitan. Namun di sisi lain, sang ibu tahu persis bahwa akan segera lahir seorang bayi yang sangat dia dambakan dan nanti-nantikan. Seakan-akan rasa sakit dan harapan menyatu di dalam sakit bersalin. Dalam pengertian rohani, mengerang tersebut menunjukkan satu penderitaan, namun sekaligus satu pengharapan untuk kemuliaan yang sejati.

3. Justru karena belum melihat kemuliaan di masa yang akan datang, maka kita memiliki alasan yang kuat untuk terus berharap (ayat 24-25).

Kita juga sebagai anak-anak Allah, yang telah menerima karunia sulung Roh, secara batiniah sama-sama bergumul dan mengerang, namun di sini kita menantikan adanya kemuliaan yang akan Allah nyatakan.

Dengan kata lain, bukan hanya dunia, tetapi anak-anak Allah sendiri juga mengerang untuk hal yang sama yaitu kemerdekaan dari tubuh dosa untuk masuk dalam kemuliaan. Nah, pengharapan akan kemuliaan itulah yang akan membuat anak-anak Allah bertekun untuk menantikannya. Itulah yang dinamakan iman, yaitu dasar dan bukti dr segala sesuatu yang kita harapkan dan yang belum terlihat. (Ibrani 11:1) Adanya kesusahan yang kita hadapi sehari-hari, perjuangan yang sulit, pergumulan berat, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun usaha atau pekerjaan kita merupakan alasan untuk berharap dan menanti-nantikan Allah dengan tekun.■

Penulis : Pdt. Handono Sudjatmiko

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC