Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan." 8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
Batu penjuru adalah sebuah batu yang mendapat peran penting dalam pendirian sebuah bangunan. Ia diletakkan pada sudut utama dan menghubungkan bagian ujung tembok dengan tembok lainnya sehingga keduanya menyatu.
Batu itu menjadi tolok ukur dan pedoman bagi peletakan batu-batu selanjutnya, sampai pada selesainya bangunan tersebut. Sedemikian pentingnya sehingga tanpa batu penjuru, mustahil sebuah bangunan akan berdiri kokoh. Di dalam Alkitab, batu penjuru juga merujuk pada batu raksasa yang terdapat dalam bait Suci (Yesaya 28:16) yang melambangkan kehadiran Tuhan yang tetap di tengah-tengah umat-Nya.
Kristus Sebagai Batu Penjuru
Sebagaimana batu penjuru menjadi tolok ukur sebuah bangunan, demikian juga kita harus membangun hidup ini dengan berpedoman pada Kristus. Alkitab mencatat bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Kristus (Kis 4:12). Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6). Bahkan maut telah dikalahkan-Nya (1 Kor 15:55-57).
Bagi orang yang berpegang pada ajaran Kristus, ia akan membangun kehidupannya dengan kokoh dan tidak tergoncangkan. Tidak ada jaminan bahwa tidak ada masalah, tapi ada jaminan akan penyertaan-Nya. Ketika kita taat dan melakukan firman-Nya hidup kita akan dikuatkan dan berkemenangan. Badai hidup boleh datang silih berganti namun Dia Allah yang setia dan tidak tertidur. Immanuel, Allah beserta kita, pertolongan-Nya tepat pada waktunya. Mari kita membangun kehidupan kita sesuai dengan firman- Nya niscaya hidupmu akan diberkati.
Kristus Sebagai Batu Sandungan
Bagi orang percaya, Kristus adalah batu penjuru, tapi bagi yang tidak percaya, Kristus justru akan menjadi batu sandungan. Kebenaran Firman Allah justru akan menjadi beban dan sumber rasa bersalah. Mata rohani mereka dibutakan sehingga tidak dapat melihat kebenaran. Bagi mereka kebenaran adalah suatu kebodohan dan sia-sia. Mereka lebih suka hidup menuruti keinginan hawa nafsunya sendiri. Pilihan ada di tangan kita. Tidak ada posisi netral. Kita senantiasa harus memilih percaya penuh atau kita akan terseok-seok dan tersandung berkali-kali dalam perjalanan iman kita.
Kolose 2:7 “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”