Ayat Bacaan: 1 Petrus 4: 8; Amsal 10:12; Yakobus 5:19-20; 1Korintus 13:7
Bahkan dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan konflik yang berkaitan dengan rusaknya relasi dikarenakan hal rahasia yang ada di antara mereka dibukakan kepada pihak lain yang tidak berkepentingan. Rasul Petrus menegaskan bahwa “yang terutama adalah kasihilah sungguhsungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” (1 Petrus 4: 8). Makna praktis dari "Kasih yang menutupi banyak dosa" berkait erat dengan konflik antar pribadi dan dapat dibagi menjadi dua pemahaman yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita saat ini yakni:
(1) TIDAK MEMBICARAKAN/ MEMBONGKAR DOSA ORANG LAIN, KHUSUSNYA PADA SAAT KITA DISAKITI OLEH MEREKA.
Dalam Surat 1 Petrus 4: 8 dan Amsal 10:1 2 menggambarkan bahwa kasih yang "menutupi" memiliki makna tidak membongkar atau menyebarluaskan dosa atau kejahatan orang lain, khususnya saat dosa itu menyakiti kita. Kasih membuat kita rela menjaga reputasi orang lain, meskipun mereka berbuat salah kepada kita dan ini hanya mampu dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar sadar bahwa Allah telah terlebih dahulu mengasihi dan menerima dengan tanpa syarat apapun. Alkitab mengajarkan kita supaya dalam menegur orang lain, tegurlah secara langsung, bukan membicarakan di belakang yang bersangkutan tetapi yang kita harus lakukan adalah “tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.” (Matius 18: 15-16).
(2) BERSEDIA MENANGGUNG DENGAN SABAR HAL-HAL YANG MENYAKITKAN, KARENA PERCAYA BAHWA TUHAN BERDAULAT ATAS KITA.
Rasul Paulus dalam surat kepada jemaat di Korintus mengatakan bahwa “kasih menutupi segala sesuatu” 1Korintus 13: 7. Kata "menutupi" di ayat ini dalam bahasa Yunani bermakna kerelaan untuk menanggung beban dalam jangka waktu yang lama. Kasih menuntut kita agar tetap bersabar dan menjaga relasi dan reputasi orang lain walaupun kita mengalami konflik dengan mereka. Akhirnya kita dapat melihat bahwa kasih itu memulihkan. Kasih itu tidak sekadar menutupi dosa, tetapi lebih dari padanya dengan kasih kita dapat menjalin relasi yang baik dengan diri sendiri, orang lain dan terlebih dengan Tuhan.