Setelah lama berselang, tuan itu pulang dan menghitung talenta yang dipercayakan kepada hamba- hambanya itu. Sang tuan tidak mau rugi. Hartanya sudah dipercayakan harus bertambah. Yang dipercayakan 5 memperoleh laba 5 lagi, yang 2 memperoleh laba 2 lagi, tapi yang di beri 1 ternyata tak bertambah, tetap 1.
Kita adalah hamba Tuhan, yang kepada kita telah dipercayakan talenta sesuai dengan kemampuan kita. Tidak menjadi masalah berapa banyak talenta yang kita terima. Masalahnya adalah apakah kita mau menjadi hamba yang setia yang dapat mempertanggungjawabkan setiap talenta yang telah Tuhan titipkan pada kita. Talenta itu bisa berbentuk hidup kita, keluarga, anak, harta kekayaan, bakat, kemampuan, waktu dan lain sebagainya. Apakah kita menjadi “Hamba yang baik dan setia” atau menjadi “Hamba yang jahat dan malas”.
Tuhan menitipkan “harta-Nya” kepada kita bukan hanya untuk dipendam, karena itu pada dasarnya bukanlah milik kita, itu milik Tuhan. Maka akan tiba saatnya kita mempertanggungjawabkan itu semua apakah kita memperlakukan harta itu menjadi berguna bagi Tuhan. Maka melalui nas ini, Tuhan mengingatkan kita sudah bagaimana berbagai ragam harta yang Tuhan titipkan pada kita.
Tuhan tidak mau jika harta-Nya itu kembali begitu saja atau bahkan sudah hilang, tetapi harus menghasilkan buah. Artinya segala pemberian Tuhan pada kita harus berguna untuk kemuliaan nama Tuhan. Jika kita setia dalam perkara kecil, maka kita juga setia dalam perkara besar. Tuhan Yesus Memberkati.
Pdt. Cornelius Wattimena