Surat Pastoral

MDC Surabaya: Mendengar SuaraNya

Mendengar suara Tuhan dan mengetahui kehendak-Nya, merupakan kerinduan banyak orang Kristen. Dalam Perjanjian Lama, tidak semua orang dapat memiliki akses langsung kepada Tuhan. Mereka memerlukan seorang perantara, yaitu nabi. Dalam Perjanjian Lama, orang perlu datang kepada nabi untuk meminta petunjuk Tuhan dan apa yang dikehendaki Tuhan. Namun dalam masa Perjanjian Baru seperti saat ini, setiap orang yang percaya kepada Kristus memiliki akses langsung kepada Tuhan, tanpa manusia untuk menjadi perantaranya; “Karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.” – Efesus 2:18.

Firman Tuhan berkata bahwa Kristus adalah gembala dan kita adalah dombadomba-Nya. Sebagai domba-Nya, kita mengenal Dia dan mendengarkan suaraNya. Mendengar suara Tuhan, bukanlah soal tempat ataupun cara, namun tentang apakah kita mampu menyelaraskan diri dengan frekuensinya Tuhan. Dari bacaan kitab Yohanes 10:22-30, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari:

1. Ketidakpercayaan menutup telinga rohani kita (ayat 24-27). Yohanes 10:27 mengatakan bahwa domba-domba-Nya mendengar suaraNya, mengenal suara-Nya, dan mengikut Dia. Jadi, hanya domba milik Tuhan Yesus, yaitu mereka yang telah menerima Dia sebagai Tuhan secara pribadi yang bisa mendengar suara-Nya. Walaupun demikian, ada juga orang-orang yang dalam kedaulatan Tuhan, diijinkan dapat mendengar suara Tuhan sebelum menjadi murid Kristus. Saulus adalah salah satu contoh, yang bertobat setelah mendengar suara Tuhan dalam perjalanannya ke Damsyik (Kisah Rasul 9). Selain itu, hal yang menutup telinga rohani kita adalah ketidak-percayaan terhadap Firman Tuhan yang kita baca dan dengar. Ini dikarenakan Firman Tuhan yang merupakan suara Tuhan yang tertulis, banyak yang tidak sejalan dengan pikiran kita. Untuk itu, supaya ketulian telinga rohani disingkirkan, kita perlu menundukkan pikiran kita di bawah otoritas Firman Tuhan

2. Hubungan dengan Allah dibangun dengan cara mendengar suara-Nya (ayat 27). Cara terbaik untuk memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan adalah dengan mendisiplin diri untuk mendengar Dia berbicara dan mengikuti apapun yang difirmankan-Nya. Kita perlu menyediakan waktu untuk membaca Firman Tuhan dan berkomunikasi dengan Tuhan; “Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka telingaku…” – Yesaya 50:4b-5a.

3. Tuhan melindungi orang yang mendengarkan suara-Nya (ay 28-29). Keselamatan kekal dan perlindungan dijanjikan oleh Kristus bagi setiap orang yang menjadi domba-domba-Nya. Dan untuk masa di dunia saat ini, kita pun memperoleh manfaat dari ketaatan mendengarkan suara Tuhan. Banyak orang berpikir bahwa keberhasilan hanya ditentukan dari ketrampilan, keahlian, pengalaman serta seberapa keras dia berupaya. Namun ada satu hal yang kurang disadari adalah bahwa keberhasilan kita tergantung dari ketaatan kita dalam mendengarkan suara Tuhan. Salah satu contoh adalah ketika Daud hendak berperang melawan Kehila (1 Samuel 23:1-5). Sementara para pengikutnya ingin mencegah Daud untuk pergi, namun Daud lebih memilih untuk mentaati pimpinan Tuhan dan ketaatan Daud kepada Tuhan menghasilkan kemenangan besar bagi Daud dan pengikutnya.■

“Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup!” – Yesaya 55:3a.

Tuhan Memberkati.

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC