Sesudah perang usai, ia menjadi seorang penulis terkenal dan sering berbicara mengenai kasih Allah. Dalam sebuah kebaktian yang dipimpinnya di Munich, Jerman, ia melihat seorang pria yang dulu ikut menyiksa dirinya dan keluarganya, berjalan ke arahnya. Pria itu berkata, ”Pesan yang bagus, Ibu! Betapa senangnya mengatakan seperti Anda katakan, semua dosa kita sudah dibuang ke dasar laut!... Saya dulu menjadi penjaga di sana. Tapi, sejak saat itu, saya menjadi orang Kristen. Saya tahu Allah sudah mengampuni saya untuk hal-hal keji yang saya lakukan di sana. Tetapi, saya ingin mendengar dari bibir Anda juga Ibu, maukah Anda mengampuni saya?” Waktu yang hanya beberapa detik itu, bagi Corrie rasanya seperti berjam-jam. Ia berdiri terdiam di sana, tidak sanggup mengampuni. Ia bergumul dengan perkara paling sulit yang harus dilakukan,“Bagaimana aku mengampuni orang yang turut menyebabkan Betsie saudaraku meninggal di tempat itu?” ”Yesus, tolong saya!” Corrie berdoa dalam hati. Dengan kaku dan seperti mesin, Corrie pun mengulurkan tangan untuk menyambut tangan yang terulur itu. ”Saya mengampunimu, Saudara, dengan segenap hati.”
Mengampuni bukanlah emosi tapi merupakan tindakan dari sebuah keputusan. Mengampuni adalah jalan terbaik agar orang dapat melihat kasih Kristus di dalam diri kita, dan melaluinya kita selalu memberi orang kesempatan kedua. Tidak cukup hanya tahu mengenai pengampunan atau mengalami anugerah pengampunan dari Tuhan untuk diri kita sendiri, kita perlu membagikannya pada orang lain. Di dalam Kolose 3:13 “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” Melalui tindakan mengampuni orang lain secara nyata, hal itu akan membuahkan kerohanian, relasi dan jiwa yang bugar dalam hidup kita.
Renungan dan Penerapan
Pokok-pokok Doa
Riska Virantika