Sejak jaman Musa di Perjanjian Lama, Allah “merendahkan diri-Nya” dengan tinggal ditengah-tengah Umat-Nya di dalam Kemah Suci (Tabernakel) seperti yang tercantum dalam Keluaran 25:8-9; “dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya,demikianlah harus kamu membuatnya.” Allah yang tidak terbatas mencoba untuk membatasi diri-Nya sendiri dengan berdiam di tengah-tengah Umat-Nya supaya Ia dapat dengan mudah ditemui melalui perantaraan imam-imam-Nya pada masa itu. Hal ini sesungguhnya menguatkan bahwa Pribadi Allah dari jaman ke jaman dan dari masa ke masa adalah Pribadi Agung yang selalu merindukan persekutuan yang intim dengan Umat-Nya.
Sebelum memasuki Pelataran Kemah Suci, terdapat Gerbang yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju Kemah Suci tersebut sehingga tidak semua orang bisa masuk dan keluar secara sembarangan (catatan : Struktur denah Kemah suci ini dibagi tiga macam; Pelataran, Ruang Suci dan Ruang Maha Suci). Jika pada masa itu Kehadiran Allah “dibatasi” oleh Kemah Suci, pada masa sekarang Kehadiran Allah tidak dibatasi lagi oleh ruang atau media apapun karena kematian Kristus sudah membuka jalan bagi kita orang-orang percaya, “tetapi Krist us telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang; Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia,..” (Ibrani 9:11).
Oleh karena itu salah satu cara untuk menghampiri Allah dan merasakan Hadirat-Nya adalah dengan menaikkan pujian syukur kita. Nyanyian dan ucapan bibir kita yang memuliakan Allah adalah syarat utama untuk kita bisa masuk ke dalam Pintu Gerbang hadirat-Nya. Bila dahulu harus melalui perantaraan para imam besar yang bertugas namun sekarang tugas imam besar tersebut sudah digantikan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Besar Agung. Alasan terutama kita menaikkan syukur adalah karena TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selamalamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun bahkan ucapan syukur melalui puji-pujian yang kita naikkan ibarat kunci yang membuka pintu gerbang di mana segala berkat Tuhan bagi orang orang percaya tersedia di dalamnya. Terpujilah Yesus Kristus, Imam Besar Agung yang Kekal.
Penulis: Yose Ferlianto