Dalam perumpamaan tentang talenta, terlihat jelas perbedaan sikap seorang hamba yang baik dan setia dengan hamba yang jahat dan malas. Hamba yang baik menganggap tugas yang diberikan oleh tuannya sebagai sebuah “kepercayaan” (Matius 25:20). Sedangkan Hamba yang jahat menganggap tugas yang diberikan oleh tuannya sebagai sebuah “ancaman” untuk menjatuhkannya. (Matius 25:24-25). Bahasa Mandarin untuk krisis adalah 危 机 (Weiji), yang terdiri dari dua kata yaitu 危 (Wei) berarti bahaya dan 机 (Ji) berarti kesempatan. Artinya pada kondisi kritis maka ada potensial bahaya yang terjadi sekaligus peluang atau kesempatan untuk mendapatkan kebaikan. Sikap positif adalah sikap yang lebih memilih kesempatan dibanding bahaya dalam setiap krisis.
Cerita klasik soal peluang di dalam krisis adalah cerita tentang perusahaan sepatu yang mengirim salesmannya ke Afrika di awal tahun 70-an. Begitu sales tersebut sampai di Afrika dan turun dari pesawat, ia langsung jalan-jalan keliling Afrika. Kemudian ia mengirimkan telex kepada atasannya yang bunyinya, “Orang-orang di Afrika tidak ada yang pakai sepatu. Kita tidak punya kesempatan di sini”. Karena perusahaan tidak puas dengan jawaban salesman tersebut, maka dikirimlah salesman independen ke Afrika. Ketika salesman independen itu turun dari pesawat, ia langsung jalan menyusuri kota-kota di sana. Ia kemudian kembali ke hotel dan mengirim telex yang berbunyi, ”Orang-orang di Afrika tidak ada yang pakai sepatu. Kita punya kesempatan besar di sini. Kirimkan sebanyak mungkin sepatu!”
Dua salesman tersebut melihat hal yang sama tetapi dengan sikap yang berbeda. Yang satu melihatnya sebagai sebuah bahaya, sedangkan yang lain melihatnya sebagai sebuah kesempatan. Jadilah orang yang positif! Di dalam setiap krisis ada kesempatan. Didalam setiap masalah ada jalan keluar. Dan di dalam setiap kemustahilan ada mujizat. Tuhan menghargai hamba-hamba-Nya yang senantiasa positif dan bahkan menganugerahkan kepercayaan yang lebih kepada mereka. Tuhan Yesus memberkati!
Penulis: Tommy Simanjuntak