Hal itu disampaikan Presiden Jokowi pada pembukaan rapat terbatas dengan topik "Strategi Peningkatan Citra Indonesia di Dunia" di kantor Presiden, Jakarta, hari Selasa (27/9).
Hal ini disampaikan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nassir sebagai Ketua Delegasi Indonesia pada Sidang Umum IAEA ke-60 (SU IAEA ke-60) yang berlangsung di Wina, Austria, demikian dikatakan Fungsi Pensosbud KBRI/PTRI Wina, Wina Retnosari, hari Selasa (27/9).
Muhammad Nasir menegaskan, Indonesia yang selama ini termasuk salah satu penerima bantuan kerja sama teknis IAEA, saat ini memiliki keunggulan kapasitas di bidang tertentu sehingga memiliki kemampuan untuk memberikan bantuan teknis kepada negara-negara anggota IAEA lainnya.
Bantuan teknis yang diberikan Indonesia antara lain pelatihan dan fellowship di bidang pertanian, khususnya pemuliaan tanaman (mutation breeding), iradiasi makanan untuk daerah bencana serta aplikasi industri.
Dalam konteks pemberian bantuan teknis, Muhammad Nasir menyampaikan pula inisiatif Indonesia bagi penguatan dan pengembangan kapasitas riset dan teknologi nuklir untuk tujuan damai di kawasan Asia Pasifik melalui platform kerja sama Regional Capacity Building Initiative (RCBI).
Program ini telah diluncurkan pada akhir 2015 dan proyek percontohan dilaksanakan pada tahun ini. Program RCBI juga akan memanfaatkan pusat riset di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang telah ditetapkan sebagai IAEA collaborating center serta peran kepakaran Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dalam hal pembangunan kapasitas di bidang infrastruktur keselamatan radiasi di kawasan.
Dalam pernyataannya, Muhammad Nasir juga menggarisbawahi relevansi pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai dalam pencapaian SDGs.
Disebutkan bahwa 13 dari 17 butir SDGs terkait erat dengan fungsi dan peran yang selama ini telah dimainkan oleh IAEA terkait pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, diharapkan IAEA dapat terus meningkatkan kontribusinya dalam upaya pencapaian target SDGs, terlebih di bidang program kerjasama teknis, guna memberikan dampak yang lebih signifikan kepada dunia.
Muhammad Nassir menegaskan kembali kaitan erat antara isu keamanan nuklir dengan pelucutan senjata nuklir. Indonesia meyakini perlunya pendekatan menyeluruh masalah keamanan nuklir dengan masalah pelucutan senjata dan non-proliferasi nuklir.
Isu keamanan nuklir juga tidak boleh dimanfaatkan untuk menghambat hak-hak negara untuk melakukan pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Dalam konteks isu nuklir Iran, Indonesia mendorong para pihak untuk melaksanakan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) antara Iran dan E3/EU+3 secara penuh dan dengan itikad baik. Indonesia menyerukan kembali agar masyarakat internasional memelihara atmosfir positif dalam implementasi perjanjian tersebut.