Bali-NTB-NTT

Wow! Wanita Tamatan SD ini Menjadi ‘Trending Topic’ dibanding Obama dan Clinton

Baru-baru ini sebuah majalah ‘Times’ Amerika Serikat, memuat berita tentang ‘100 orang yang Berpengaruh di Dunia’, nama mantan presiden Amerika Serikat yaitu Obama dan Clinton juga termasuk dalam daftar.

Namun kedua nama tersebut berada diurutan belakang dan didahului oleh sebuah nama, yaitu ‘Chen Shu Chu’. Chen Shu Chu menduduki peringkat ke-8 jauh didepan nama Obama dan Clinton.

Lalu Siapakah Chen Shu Chu tersebut?

“Saya bukan pahlawan, tetapi saya adalah seorang penjual sayuran,” kata Shu Chu saat diwawancara oleh beberapa media.

Menjadi peringkat teratas dibanding kedua presiden Amerika terkenal itu, nama Chen Shu Chu langsung terkenal dan dikejar oleh banyak media untuk diwawancara.

Chen Shu Chu adalah wanita asal Taiwan yang kini berusia 53 tahun dan bekerja sebagai penjual sayuran di kios pribadinya (di Taiwan).

Dengan bisnis sayurannya “3 sayur – 50 NT” (sekitar 22 ribu rupiah), Chen shu chu berhasil mendonasi uang sekitar 4,4 milliar ke sebuah sekolah untuk membangun gedung perpustakaan.

Chen Shu Chun merupakan anak tertua yang memiliki keluarga yang sangat miskin dan sederhana di masa lalunya. Dia harus mengurus ke enam adik-adiknya. Sejak usia 13 tahun, Chen Shu Chu sudah berjualan sayur di pasar dan dia adalah penjual sayuran termuda waktu itu.

Wanita tamatan SD ini harus belajar berjuang untuk berjualan, mulai dari menimbang, mengenali sayuran dan belajar bisnis. Hal ini terpaksa dilakukan demi membiayai sekolah adik-adiknya. Masa kecil Chen Shu Chu sangat memprihatinkan, kelihatannya keberuntungan nggak pernah berpihak padanya. Adik laki-lakinya yang kedua sakit serius dan butuh dibawa ke rumah sakit untuk berobat. Meskipun sekolah sang adik sudah memberi sumbangan, ternyata nggak cukup untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Nggak berapa lama kemudian, ayahnya didiagnosis terkena penyakit kanker, adik ketiganya juga meninggal karena kecelakaan.

Hal ini selalu membuat Chen Shu Chu miris dan hancur hati, “kemiskinan yang membuat semuanya menjadi begini, jika waktu itu kami ada uang, mereka nggak akan meninggal karena nggak ada biaya pengobatan.”

Kemiskinan tersebut mendorong Chen Shu Chu untuk semakin giat bekerja dan menghasilkan duit serta menabung. Setiap sekali penjualan, dia hanya mendapat keuntungan 2-3NT (sekitar 800-1200 rupiah) dan 20NT (sekitar 9000 rupiah) dipakai untuk kehidupan sehari-harinya lalu sisanya dia tabung “Sekarang saya seorang diri tidak butuh banyak pengeluaran, bisa menabung lebih banyak ya lebih baik,”katanya.

53 tahun mengandalkan kerja keras dan tabungannya, adik-adiknya pun sudah tumbuh dewasa dan hari-harinya pun dilaluinya sendiri tanpa butuh pengeluaran yang banyak .

Bukannya memanjakan diri, Chen Shu Chu malah memilih untuk mendonasikan tabungannya. Ketika sebuah sekolah membutuhkan 2,5 juta, dia memberi 440 juta rupiah. Hal ini membuat kepala sekolah kaget ,

Kepala sekolah :”Kamu memberi begitu banyak uang, saya harus bagaimana?”

Chen Shu Chu:”Lakukan seperti yang kamu rencanakan, saya percaya kamu bisa membantu anak-anak ini.”

Semua orang bingung dengan keputusan Chen Shu Chu, mengingat dia selalu sengsara di masa lalu seharusnya dia memanjakan diri dan jangan terlalu Royal memberi kepada orang lain.

Chen Shu Chu mengatakan dulu ia tidak ada uang, hanya bisa diam melihat ibu dan adik nya meninggal karena nggak ada uang. Sekolah juga memberi dia sumbangan.

Kini saatnya dia memberi supaya orang-orang tidak merasakan apa yang dirasakannya.

"Uang, harus dikasih ke orang yang membutuhkan baru berguna,” katanya.

Nggak sampai disana, Chen Shu Chu juga mendonasikan uangnya ke “Onesiphorus Childrens Home” dan mengadopsi 40 anak.

“Saya bahagia mendonasikan uang ini, saya merasa saya melakukan hal yang benar. Ini benar-benar dari hati saya paling dalam,” jawabnya saat beberapa orang menyarankannya untuk pensiun menikmati tabungannya daripada memberi terus.

Nah, setelah sekian tahun kemudian kisah Chen Shu Chun yang selama ini nggak seorangpun yang tahu akhirnya sampai pada telinga seorang sutradara Ang Lee (sutradara film “Life of Pie”), dan Ang lee mempelajari hidupnya hingga memberitakan kisahnya, bahkan BBC juga mencarinya dan mengatakan dia adalah ‘Orang yang berbeda yang memiliki hati dermawan sebagai seorang filantropis.’ Wow!

Sejak berita itu tersiar dimana-mana, majalah ‘Times’ Amerika serikat pun mengundangnya untuk menerima penghargaan,

“Saya nggak pernah berpergian dengan waktu lama. Kalau saya pergi bagaimana dengan sayuran dan kios saya,” responnya.

Namun karena dia melihat dan mendengar bahwa banyak orang menantikannya dengan pakaian dan tas mewah, dia nggak tega lalu memutuskan untuk terbang ke Amerika menghadiri undangan tersebut dengan pakaian sederhana yang dibelinya 30 tahun lalu. Wow! Sungguh sederhana.

Majalah Times juga mengatur supaya dia pergi mengunjungi pasar-pasar sayuran di Amerika Serikat dan tentu banyak penjual yang girang untuk melihatnya.

Pada tahun 2011, seseorang menulis biografi tentang diri Chen Shu Chu dan keuntungannya didonasikan. Tahun 2012, Asian Nobel juga memberinya “McKinsey Award” dengan menghadiahi uang 50.000 USD (sekitar 660 juta rupiah), yang akhirnya didonasikan ke rumah sakit.

Banyak orang berpengharapan bahwa Chen Shu Chu akan mengajak orang-orang berdonasi lewat ketenaran ini, tetapi dia menanggapi “Jangan, jika mereka mau donasi, biarkan mereka sendiri yang sadar sendiri.”

Wow! Ketulusan Chen shu chu benar-benar menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Berita ini kini mendunia dan banyak orang terharu atas hati Chen Shu Chu, tidak salah jika dia menjadi orang yang berpengaruh didunia dan menduduki peringkat ke 8. Pasalnya pendidikan tidak selalu menjadi jaminan seseorang berpengaruh besar terhadap sesuatu. Wanita ini mengajarkan kita bahwa ketulusan atau kasih adalah kunci utama untuk berpengaruh. Bagaimana kamu seorang Kristen menyikapi hal ini?

Matius 22:39: “…Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Sumber : Berbagai sumber/jawaban.com

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC