Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut.(AMSAL 10:2)
Penulis kitab mazmur membandingkan antara harta dan kebenaran. Apakah antara harta dan kebenaran tidak bisa bergabung menjadi sebuah ikatan ? tentu jawabanya adalah bisa. Yang menjadi persoalan disini adalah cara untuk memperoleh hartanya.
Cara memperoleh harta secara fasik sangat bertentangan dengan kebenaran. Dengan kita memperoleh harta secara benar maka harta yang kita peroleh akan berguna dan memperoleh kenikmatan dalam hidup ini. Dengan kata lain kita bisa harta bukanlah hal yang dosa, harta dapat berguna untuk diri kita dan orang lain. Dan harta pun dalam membawa kita memuliakan nama Allah.
Dengan kita mencari harta secara benar maka kita kana mendapatkan kehidupan yang kekal terlepas dari maut. Maut akan membawa kita terlepas dari kasih setia Allah. Penipuan, korupsi dan ketamakan akan harta akan membawa kita akan maut.
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkan dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau”.(IBRANI 13:5)
Kehidupan kekristenan tidak boleh meninggalkan Tuhan, bukan menaruh hidup kepada uang atau harta. Bagaimana Allah mencukupi kebutuhan hidup ini ? bukankah kita masih hidup di tengah pola dimana segala sesuatu membutuhkan uang .
Dalam hal ini Allah memberikan perintah, yaitu hidup kita tetap mefokuskan kepada Allah, tidak mengejar uang sebagai prioritas hidup, memiliki pola kehidupan yang benar dan tetap melakukan apa yang Allah kehendaki.
Ayat tersebut tidak mengajarkan kepada kita agar malas, tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki hidup yang lebih baik dari hari ini. Kejarlah mimpi yang ada mimpikan tapi bukan mimpi itu untuk memuaskan hidup kita, hanya Yesuslah yang memuaskan hidup ini. Dengan demkian Allah memberikan janji bahwa Allah tidak membiarkan kita hidup dengan kekuarang.