“Ketika sampai pada bagaimana kita harus berurusan dengan orang-orang jahat, Alkitab di kitab Roma sangat jelas mengatakan: Tuhan telah memberkati penguasa sepenuhnya untuk menggunakan cara apapun yang diperlukan termasuk perang, untuk menghentikan kejahatan,” ucap Jeffress.
Tindakan itu, menurut Jepress sah-sah saja dilakukan karena Tuhan telah memberikan otoritas kepada pemerintah untuk menaklukkan pelaku kejahatan, sebagaimana dikutipnya dari Roma 13. Karena itu dia berpendapat bahwa pemerintah bisa melakukan cara apapun untuk memerangi kejahatan termasuk menghukuman mati pelaku kejahatan.
Hal inilah yang menurutnya sah-sah saja dilakukan oleh Trump kepada Kim Jong Un. Apalagi dia mengaku kalau Trump menyampaikan rencananya untuk memerangi Korea Utara jika negara tersebut menunjukkan ancaman terhadap Amerika. Tak tanggung, Trump bahkan akan menyerang kota Pyongyang.
Untuk diketahui, pendeta yang satu ini memang dikenal cukup kontroversial. Dia pernah menuding mantan Presiden Barrack Obama telah membuka pintu bagi anti-kristus dan membiarkan pertumbuhan gereja Mormon selama kepemimpinannya. Jeffress kemudian mendukung Trump maju sebagai persiden Amerika Serikat. Karena menurutnya Trump adalah sosok pemimpin yang memberikan respon yang bijaksana. “Orang secara naluriah tahu kalau presiden (Trump) ini tidak akan menggambar garis merah imajiner dan berjalan mengelilinginya seperti yang dilakukan Presiden Obama,” ungkapnya.
Sebagaimana kita tahu bahwa Alkitab memang menuliskan kalau Tuhan memang memberikan otoritas kepada pemerintah untuk memimpin. Tapi bukan berarti pemerintah juga bisa melakukan tindakan sewenang-wenang juga bukan? Terlepas dari pendapat Pendeta Jeffress, pemerintah suatu negara tidak seharusnya mengobarkan api kembali untuk memerangi pelaku kejahatan. Sebaliknya, dia haruslah menjadi pemimpin yang bijak dan mengambil langkah-langkah terbaik untuk meredakan perpecahan dan ketegangan.
Sumber : Washingtonpost.com