Bagi kedua negara, pembukaan ini mempunyai arti yang mendalam. Khusus bagi Turki sendiri, pembukaan gereja ini seakan menghapus tuduhan bahwa pemerintahan Presiden Erdogan saat ini tidak cukup berupaya melindungi hak kelompok minoritas. Sementara bagi Bulgaria, gereja ini mempunyai sejarah yang panjang bagi umat pemeluk Kristen dan Yahudi tradisional dari Gereja Ortodoks Bulgaria di Balat.
Dalam sambutannya, Erdogan mengatakan bahwa negara merupakan bagian dari upaya untuk menjaga kebebasan beribadah bagi semua orang, terlepas dari agama atau etnis. "Istanbul menunjukkan kepada seluruh dunia, kota ini merupakan tempat berbagai agama dan budaya hidup berdampingan secara damai. Anda bebas mempraktikkan agama Anda dan Anda berada di bawah perlindungan kami," ujarnya.
Sementara itu, Borisov meyakini seluruh Eropa dan Balkan akan melihat pembukaan gereja ini sebagai simbol toleransi di Turki. "Hari ini adalah simbolisme terhadap Eropa. Turki adalah tetangga terbesar Uni Eropa, dengan tentara terbesar di Eropa. Kita harus membuat 2018 sebagai tahun normalisasi antara Uni Eropa dan Turki," tambahnya.
Gereja St Stephen dibangun pada 1898 di sebuah lingkungan Istanbul yang bersejarah di tepi Tanduk Emas. Terbuat dari besi tuang, hiasan ikonik bangunan ini membuat rumah ibadah tersebut berjuluk "Gereja Besi". Elemen besi di gereja tersebut diproduksi di Austria pada abad ke-19, dan dikirim ke Istanbul melalui Danube dan Laut Hitam. Restorasi pembangunannya menhabiskan dana senilai 15 juta lira atau sekitar Rp 53,8 miliar, hasil patungan Turki dan Bulgaria.
Selain itu, pembangunan kembali gereja ini juga sebagai bagian dari kerja sama timbal balik. Dimana, disaat yang sama Bulgaria menyetujui pembukaan kembali Masjid Cuma di Plovdiv.
Sumber : Berbagai Sumber