Kelompok Wa telah menargetkan 92 pemimpin Kristen dari kelompkn etnis Lahu dan 42 pelajar asal suku Wa yang tinggal di daerah Shan. Para pelajar ini ditangkap dan direkrut sebagai anggotanya.
Sebuah laporan yang diterbitkan media berita The Irrawaddy, yang dikelola oleh orang-orang buangan Burma di Thailansd, sebanyak 52 gereja di kota Mong Pauk ditutup paksa oleh kelompok pemberontak ini. Sementara semua simbol Kristen yang ditemukan di dalam gereja dihancurkan dengan brutal. Terdapat tiga gereja yang dihancurkan dan sejumlah sekolah Kristen ditutup.
“Kami sangat khawatir dengan anggota kami yang ditahan karenakami kehilangan kontak dengan mereka. Kami mendengar bahwa saat mereka dibawa, mereka tidak diijinkan membawa pakaian mereka. Cuaca di Mong Pauk dingin sekali,” ucap Dr Lazarus, Sekretaris Umum Lagu Baptist Convention (LBC).
Dia juga membenarkan informasi dimana pelajar yang ditangkap dan dilatih secara militer oleh kelompok bersenjata Wa. Dia berharap supaya semua pelajar ini dibebaskan sesegera mungkin. “Kami ingin mereka dibebaskan sesegera mungkin, Anggota Baptis kami semua berdoa untuk mereka,” terangnya.
Sebagaimana diketahui, kelompok bersenjata Wa telah menutup sedikitnya 10 gereja sejak awal September 2018 lalu dan menangkap pemimpin gereja, termasuk enam anggota Konvensi Kachin Baptist.
Dalam sebuah pengumuman pada 13 September lalu, kelompok ini mengancam akan menghancurkan dan menutup semua bangunan gereja yang dibangun di atas tahun 1992. Mereka menilai gereja ini dibangun tanpa ijin dari UWSA.
Myanmar adalah negara yang ditinggali oleh beragam suku dan etnis. Namun, belakangan ini kondisi ini justru menimbulkan konflik dan menyebabkan penyerangan terhadap suku Rohingya belum lama ini. Tindakan tersebutlah yang kemudian membangkitkan perlawanan dari beberapa kelompok bersenjata di Burma, Myanmar.
Mari berdoa supaya bangsa yang terdiri dari beragam etnis dan keyakinan ini bisa hidup secara berdampingan.
Sumber : Christiantoday.com/Jawaban.com