Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! (MAZMUR 39:5)
Renungan kali ini mengajarkan kepada kita, sehebat-sepandai-sekaya diri kita semua dari kita akan meninggal. Banyak kisah yang bisa kita baca, dengar, mengenai orang-orang yang telah divonis meninggal oleh dokter. Inti yang mereka lakukan semua adalah melakukan yang terbaik bagi Tuhan dan kepada sesama. Melakukan pekerjaan yang baik pula bagi dirinya dan sosial. Melakukan pekerjaan yang baik pula kepada orang-orang yang dahulu dibencinya.
Mengapa mereka melakukan semuanya ? sangat sederhana jawabanya karena dia akan meninggal. Kalau kita menyadari betapa berharganya hidup ini untuk melakukan pekerjaan yang baik, mengapa tidak kita lakukan, alasanya adalah usia kita masih panjang. Tapi sebenarnya kita tidak sadar bahwa kita tidak tahu usia berapa kita meninggal ?
Renungan ini menyadarkan kita bahwa hidup ini adalah fana. Fana itu memiliki arti tidak berguna seperti sampah. Oleh sebab itu, kalau Allah mengijinkan kita masih hidup, ijinkan pula dalam hidup kita untuk mengasihi orang lain, pekerjaan kita dan juga Allah kita dengan melakukan pekerjaan yang terbaik.
Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. (GALATIA 6:4)
Ada sebuah ungkapan yang muncul, ungkapan tersebut berbunyi; bercerminlah sebelum engkau menegor orang lain. Ungkapan tersebut mungkin cocok dengan apa yang dikatakan oleh Firman Allah. Kita diminta untuk melihat siapa kita sebelum melakukan sebuah "penghakiman"kepada orang lain. Orang lain dan kita adalah sama, sama-sama melakukan tindakan dosa.
Standar yang kita pakai adalah diri kita demikian orang lain memandang diri kita. Menguji hatikaya sebelum melakukan apa yang orang lain kerjakan adalah tindakan bijaksana yang pantas kita lakukan. Oleh sebab itulah tidak ada cara lain selain memandang Allah sebagai pribadi yang sempurna.