Menurut CNN, kepala Gereja Koptik Mesir itu tengah berada di dalam gereja saat ledakan terjadi. Namun, The Washington Post, mengutip laporan kantor berita AP, mengatakan ia berada di gereja itu merayakan Minggu Palma sebelum ledakan terjadi.
Ledakan di St Markus Alexandria itu adalah yang kedua dalam hari yang sama, pada hari Minggu (09/04), saat umat merayakan ibadah Minggu Palma.
Sebelumnya, ledakan terjadi di dalam gereja St George di kota Tanta, 96 km dari Mesir, yang menewaskan 25 orang dan melukai 60 lainnya, menurut laporan CNN.
Menteri Dalam Negeri Mesir mengatakan ledakan bom di gereja Koptik di Alexandria adalah bom bunuh diri. Pelaku memaksa menerobos pintu masuk sebelum dihentikan oleh polisi.
Tiga polisi termasuk korban meninggal dalam serangan itu.
ISIS mengklaim sebagai pelaku serangan bom, baik yang di Alexandria maupun yang di Tanta. Total meninggal dunia akibat dua serangan itu 37 orang dan yang terluka 100 orang.
Klaim ISIS itu diterbitkan oleh kantor berita kelompk ekstremis itu, Aamaq.
Sejumlah negara mengutuk serangan tersebut.
Jerman melalui Menteri Luar Negeri, Sigmar Gabriel mengatakan dalam "Tujuan para pelaku untuk menghambat umat yang berbeda keyakinan hidup berdampingan secara damai, tidak boleh diizinkan terjadi."
Juru Bicara Hamas di Gaza, Fawzi Barhoum juga mengutup serangan itu dan menyatakannya sebagai kejahatan.
Kantor Perdana Menteri Israel juga mengirimkan ucapan dukacita dan mengharapkan pemulihan yang cepat pada yang terluka.
Sementara itu Presiden Prancis, Francois Hollande, menyatakan solidaritasnya dengan Mesir dan menyampaikan dukacita kepada keluarga korban. Ia mengatakan Prancis akan memobilisasi seluruh kekuatannya bersama otoritas Mesir dalam memerangi terorisme.
Editor : Eben E. Siadari
Sumber : satuharapan.com