Sultan Masih, 50 tahun, sedang menerima telepon di luar gereja The Temple of God di Peeru Banda Mohalla, India, pada hari Sabtu malam (15/07) ketika dua orang bertopeng menembakkan tiga peluru ke tubuhnya. Mereka kemudian melarikan diri dari tempat itu.
Para pejalan kaki yang melewati jalan itu kemudian melarikannya ke rumah sakit Dayanand Medical College and Hospital, tetapi ia tidak tertolong.
Kejadian itu menjalarkan duka di kalangan umat Kristen India. Hindustan Times melaporkan, sehari setelah penembakan ratusan warga Kristen turun berunjuk rasa dan menduduki ruas sebuah jalan selama lima jam, menuntut agar para pembunuh ditangkap.
Ratusan kendaraan terjebak dalam kemacetan akibat unjuk rasa tersebut. Pengunjuk rasa memulai aksi pada pukul 10:30, menyebabkan kendaraan umum disetop dua kilometer sebelum lokasi unjuk rasa dan memaksa para penumpang berjalan kaki ke tempat tujuan mereka.
Polisi India kemudian turun untuk mengamankan situasi dan para pengunjuk rasa meninggalkan tempat sekitar pukul 15:30.
Sejumlah tokoh hadir dalam unjuk rasa, di antaranya Kepala Komisi Minoritas untuk negara bagian Punjab, Munavvar Masih, wakil ketua komisi, Sanjiv Jain, anggota komisi, Abdul Shakur Mangat dan Yakub Masih, Presiden Christian United Federation, Albert Dua, dan beberapa pajabat kepolisian.
Albert kemudian mengimbau umat agar menghentikan protes dan mengatakan polisi akan melakukan penyelidikan atas kasus itu dan menangkap pelakunya segera.
Pendeta Sultan Masih meninggalkan seorang istri, Sarbjit, seorang putra, Ali Shah, 26, dan seorang putri, Hanok, 18 tahun. Mereka tinggal di lantai satu bangunan gereja.
Editor : Eben E. Siadari