Luar Negeri

Gereja di Filipina Bunyikan Lonceng Setiap Malam Menentang Duterte

Seorang pemimpin Katolik Filipina mengatakan gereja akan membunyikan lonceng setiap malam selama tiga bulan ke depan di wilayah distriknya untuk menyuarakan kekhawatiran akan lonjakan tajam pembunuhan oleh polisi terhadap tersangka pengedar narkoba.

Ini merupakan sikap keras gereja terbaru dari rangkaian kecaman terhadap apa yang oleh Presiden Rodrigo Duterte disebut sebagai perang pemerintahannya melawan narkoba.

ABC News mengutip pernyataan Uskup Agung Socrates Villegas yang menyebutkan bahwa lonceng gereja akan berbunyi selama 15 menit setiap malam sampai 27 November mendatang untuk membangunkan warga "yang telah menjadi pengecut dalam mengekspresikan kemarahan terhadap iblis."

Langkah tersebut dilakukan setelah lebih dari 80 tersangka narkoba dan kriminal ditembak oleh polisi di metropolitan Manila dan provinsi Bulacan hanya dalam tiga hari pekan lalu, beberapa hari paling berdarah sejak tindakan keras Duterte dimulai pada bulan Juli tahun lalu.

"Pembunyian lonceng adalah sebuah panggilan untuk menghentikan persetujuan atas pembunuhan tersebut," kata Villegas, yang juga memimpin sebuah kelompok uskup Katolik yang berpengaruh di Filipina, dalam sebuah pernyataan yang dibacakan pada hari Minggu di gereja-gereja di distriknya di provinsi Pangasinan.

"Negeri ini dalam kekacauan, aparat yang membunuh itu mendapat penghargaan dan orang-orang yang terbunuh disalahkan. Mayat-mayat itu tidak dapat lagi membela diri dari tuduhan yang mereka hadapi," kata dia.

"Mengapa kita tidak lagi ngeri mendengar suara pistol dan darah yang mengalir di trotoar? Mengapa tidak ada yang mengamuk melawan obat-obatan yang dibawa dari Tiongkok?" Villegas bertanya, mengacu pada pengiriman obat-obatan terlarang yang berhasil melewati pelabuhan Manila di bawah pengawasan pejabat Bea Cukai yang ditunjuk oleh Duterte.

Tanpa menyebut nama presiden, Villegas mengeritik pujian Duterte atas pembunuhan oleh polisi atas 32 tersangka narkoba hanya dalam semalam dalam penggerebekan di provinsi Bulacan minggu lalu dimana para pendukungnya bertepuk tangan sebagai tanggapan.

Dalam sebuah pernyataan terpisah yang dibacakan di gereja-gereja Manila, Kardinal Luis Antonio Tagle menawarkan untuk menjadi tuan rumah sebuah dialog mengenai masalah narkoba di antara pejabat pemerintah dan polisi, bersama dengan keluarga korban, kelompok nonpemerintah dan ahli medis.

Kemarahan dan protes telah memusatkan perhatian pada kematian seorang remaja pekan lalu, Kian Lloyd delos Santos, yang menurut polisi adalah seorang pedagang obat bius yang melepaskan tembakan dengan pistol saat penangkapan, memicu penegak hukum untuk menembaknya. Namun, keluarga dari siswa berusia 17 tahun yang terbunuh tersebut, mengatakan bahwa dia tanpa ampun ditembak oleh polisi saat dia memohon untuk hidupnya.

Polisi mengatakan bahwa siswa tersebut berusaha untuk melarikan diri dalam sebuah serangan yang memicu pengejaran pada Rabu malam di kota pinggiran Caloocan di kota metropolitan Manila. Orangtua siswa yang berduka dan beberapa tetangga menolak tuduhan polisi, menunjuk pada cuplikan kamera keamanan yang menunjukkan seorang pria, yang mereka katakan adalah delos Santos, ditahan dengan kedua tangan dan diseret menjauh dari rumahnya sesaat sebelum dia ditembak di dekatnya.

Wakil Presiden Leni Robredo mengecam pembunuhan tersebut dan mengunjungi jenazah siswa yang terbunuh tersebut pada hari Minggu dini hari yang disertai dengan seorang pengacara sukarelawan, yang menurutnya dapat membantu keluarga korban memperoleh keadilan. Dia mengakui bahwa negara tersebut memiliki masalah narkoba yang besar, namun mengatakan bahwa solusinya seharusnya tidak menginjak-injak hak asasi manusia dan menjadi korban yang tidak bersalah.

Di tengah kecaman tersebut, petugas polisi mencopot tiga petugas polisi yang terlibat dalam pembunuhan delos Santos, beserta komandannya, dan memerintahkan penyelidikan.

Sejumlah senator pendukung Duterte mengadakan sebuah pertemuan pada hari Minggu untuk membahas kemungkinan penyelidikan pembunuhan Santos delos dan puluhan orang lainnya minggu lalu. Dua dari mereka berbicara dalam wawancara radio, memperingatkan polisi agar tidak menyalahgunakan dukungan kuat Duterte dalam kampanye melawan obat-obatan terlarang.

"Operasi polisi yang sah tidak apa-apa, tapi eksekusi singkat tidak ada tempat di masyarakat kita karena tindakan itu barbar," kata Senator Joseph Victor Ejercito kepada Radio DZBB. "Mereka seharusnya tidak melewati batas."

Lebih dari 3.200 tersangka narkoba telah ditembak mati oleh polisi semenjak Duterte meluncurkan perang terhadap emreka. Lebih dari 2.000 orang terbunuh terkait narkoba, termasuk dengan cara diserang oleh orang bertopeng tak dikenal yang mengendarai sepeda motor, yang oleh aktivis HAM dituduh sebagai polisi yang menyamar atau milisi sipil yang berafiliasi dengan polisi.

Editor : Eben E. Siadari

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC