Surat Pastoral

MDC Surabaya: Melakukan KehendakNya

“Tidak usah banyak ide, yang penting satu ide saja dan lakukan hal tersebut dengan konsisten. Wes itu tok, ojo neko-neko!!!” Kita tentu pernah mendengar kalimat tersebut, atau bahkan kita salah satu yang sering mengatakan hal tersebut. Seyogianya melakukan suatu tindakan, merupakan suatu pembuktian atas apa dipikirkan dan diimpikan dari seseorang.

Seorang pejuang kemanusiaan yang sekaligus seorang Uskup Agung dari Brasil bernama Dom Helder Camara menulis suatu kutipan yang baik sekali dalam bukunya, ia menuliskan demikian: “Biarkan setiap kata menjadi buah dari tindakan dan perenungan kita. Perenungan sendiri tanpa tindakan cenderung hanyalah suatu teori belaka, hal tersebut akan sekadar membuat orang tercengan. Adapun suatu tindakan tanpa perenungan yang benar, menjadikan kita sepertinya sibuk melakukan sesuatu tetapi tanpa tujuan.” Ini memperlihatkan betapa pentingnya suatu gagasan yang disertai dengan tindakan nyata. Dan kita sadar bahwa ketika kita melakukan kehendak Allah, hal itu didasarkan pada iman bahwa Allah setia kepada janji-janji Nya, dan Ia berkuasa melakukan apa yang Ia janjikan.

Beberapa kisah dalam Alkitab kita dapat temukan bahwa seseorang dengan sunguh-sunguh melakukan kehendak Allah, ia akan memperoleh hal-hal yang menakjubkan dari Tuhan. Perhatikan kisah Nuh, ia taat terhadap perintah Tuhan untuk membuat sebuah bahtera baginya dan keluarga serta seluruh jenis makhluk hidup yang diperintahkan Tuhan kepadanya, tindakan ketaatan Nuh akhirnya menyelamatkan keturunanannya dari murka Allah terhadap orang berodosa. Abraham, karena ketaatannya kepada Allah, Ia disebut sebagai bapa semua orang beriman, dan puncaknya pada ketaatan Tuhan Yesus untuk melakukan kehendak Bapa di sorga yakni mati di kayu salib dan memberikan kepada kita kehidupan yang kekal (Filipi 2: 8-11). Dari kisah bangsa Israel dalam kitab Ulangan 8: 1-10 akan mengantar kita untuk melihat dan belajar bagaimana Allah setia kepada janji-Nya dan berkuasa melakukan apa yang Ia janjikan. Tiga hal penting yang menjadi manfaat melakukan kehendak Tuhan;

(1) Memiliki Kehidupan

“Segenap perintah, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, haruslah kamu lakukan dengan setia, supaya kamu hidup dan bertambah banyak dan kamu memasuki serta menduduki negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu.” (Ulangan 8: 1).

Kehidupan adalah lawan dari maut atau kematian. Hal ini berarti dengan setia melakukan kehendak Tuhan adalah jalan untuk mencengah dari kematian. Kehidupan juga dapat berarti adanya suatu gairah dan semangat yang adalah lawan dari kelesuan. Dengan melakukan kehendak-Nya, kita bukan saja terhindar dari kematian, tetapi terlepas dari masalah kelesuan dalam kehidupan kita.

(2) Memiliki Hati Yang Diubahkan

“Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.” (Ulangan 8: 2)

Dengan melakukan kehendak Tuhan, justru membuat kita mengeluarkan sisi buruk yang ada dalam diri kita, atau sebaliknya, bisa juga sisi baik menurut kita akan diproses Tuhan. Maksudnya adalah setiap proses yang Allah ijinkan terjadi dalam kehidupan kita, hanya satu tujuannya agar kehidupan kita diubahkan sesuai dengan kehendak dan rancangan-Nya sendiri.

(3) Mengalami Hidup Yang Berkelimpahan

“Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau , yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung; suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apapun; suatu negeri, yang batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kaugali tembaga. Dan engkau akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu.” (Ulangan 8: 7- 10).

Melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita akan membawa kita menikmati kemakmuran hidup yang Tuhan sudah sediakan untuk kita. Dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati, kita mengakui bahwa Tuhanlah yang empunya segalanya, dan inilah yang merupakan sumber kebahagiaan itu. Sumber kebahagiaan yang tidak pernah habis-habisnya.

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC