Surat Pastoral

PERCAYA DAN MENERIMA

Apakah iman itu? Tentu pertanyaan ini kadang masih bias dalam pemikiran kita sebagai orang Kristen. Kesimpulan saya bahwa iman bukanlah sekadar mempercayai pengakuan iman tertentu.

Ayat Bacaan: Lukas 8:48; Markus 3:5>

Pengakuan iman tentu saja sangat penting. Karena kalau tidak penting, kita tentu tidak memiliki rumusan pengakuan yang kokoh dalam iman Kristen bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi, dan bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat seluruh umat manusia.

Dalam kisah tentang perempuan yang sakit pendarahan (Lukas 8: 43-48), kita akan belajar dari kisah ini bagaimana iman dari perempuan ini disertai dengan sikap hati yang tunduk, sehingga Yesus berkata “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat! (Lukas 8:48)” Tentu bukan sekadar kepala yang menunduk, namun iman menuntut sebuah perubahan dalam cara kita memandangan Allah. Iman bukan sekadar pengetahuan, tetapi sebuah keputusan. Perlu diingat bahwa iman bukan sebuah perbuatan manusia, namun tanpa perbuatan, iman akan mati (Yakobus 2: 17).

Melalui kisah berikutnya tentang bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkan seorang yang mati sebelah tagannya, kita belajar bahwa jangan menunggu sampai kita mengetahui semua,barulah kita mengambil keputusan untuk mengikut Yesus. “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia pun mengulurkannya, maka sembuhlah tangan itu.” Perhatikan apa yang orang itu lakukan, ia tidak menunggu sampai ia mengetahui secara detail siapa Yesus sebenarnya, barulah ia mengulurkan tangannya untuk disembuhkan. Namun ia yakin bahwa Yesus dapat menyembuhkannya.

Sebuah contoh sederhana yang mungkin relevan dengan kita yakni, apakah dari antara kita yang tahu benar-benar mengenai seluk-beluk tentang listrik? Saya tentu tidak. Namun demikian, saya tidak mau hanya duduk dalam kegelapan, hanya karena saya belum tahu tentang listrik, demikian juga dengan Anda bukan? Saya tidak tahu banyak tentang bagaimana bekerjanya alat pencernaan di tubuh saya; bagaimana makanan bisa diserap oleh darah, tulang dan jaringan-jaringan lainnya. Namun, saya tidak mau menahan lapar hanya karena belum tahu bagaimana makanan itu nanti dicerna oleh tubuh saya.

Iman tidak dimulai dengan pengetahuan. Iman dimulai dengan keberanian. Keberanian untuk percaya dan melakukan langkah pertama dalam kehidupan kita untuk mempercayai Allah sanggup memberikan pengertian kepada kita. Kita tentu akan bertanya jaminan apa yang kita dapat jadikan patokan untuk kita dapat mempercayai sesuatu yang kita harapkan dan yang belum kita lihat. Jaminannya yang pertama tentu adalah firman Tuhan sendiri yang terdapat dalam Alkitab. Dan jaminan kedua yakni kita diterima oleh Allah “Marilah kepada-Ku... (Matius 11: 28).”

Bahkan Ia akan mengampuni segala dosa kita (1Yohanes 1:9) artinya Tuhan bersedia menerima kita. Jaminan bahwa kita manusia yang berdosa telah diperdamaikan dengan Allah. Itulah sebabnya tidak ada kebutuhan manusia yang lebih besar dari pada “kita harus percaya bahwa Allah adalah Allah yang setia, yang menjamin setiap janji-janji-Nya tergenapi dalam kehidupan kita.” Grace be with you.■

Oleh: Elsy Purnama

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC