Surat Pastoral

TIADA BANDINGNYA

Dalam pergumulan kita dengan permasalahan hidup sehari-hari, kita perlu selalu mengingat bahwa kita memiliki Allah yang begitu dahsyat dan tidak terbandingkan dengan apapun.

Saat kita merenungkan kebesaran-Nya, dengan segera kita akan menyadari betapa tidak berartinya semua masalah yang kita hadapi hari-hari ini. Tapi dalam keterbatasan sebagai manusia, kita cenderung untuk mengalihkan fokus kita dari Allah dan tanpa sadar “membandingkan” atau mencari “pengganti” Allah dalam menghadapi masalah kehidupan. Ayat bacaan di atas menunjukkan dua hal yang sering menggantikan posisi Allah dalam hidup kita, yang kita jadikan pegangan atau jaminan dalam menghadapi pergumulan hidup. Mari kita lihat satu persatu:

1. MATERI

“…Tukang besi menuangnya, dan pandai emas melapisinya dengan emas, membuat rantai-rantai perak untuknya. Orang yang mendirikan arca, memilih kayu yang tidak lekas busuk, mencari tukang yang ahli untuk menegakkan patung yang tidak lekas goyang…” (ay 19-20) Pada zaman dahulu orang membuat arca atau patung sebagai pengganti Allah. Patung-patung ini dibuat dengan bahan terbaik & termahal, untuk menimbulkan rasa hormat dan kagum dan kemudian mendatangkan keyakinan bahwa mereka mampu memberikan jawaban nyata bagi permasalahan manusia.

Menyembah patung yang terlihat mata selalu lebih mudah dan praktis daripada beribadah kepada Allah yang tidak terlihat. Di zaman informasi seperti sekarang kita mungkin tidak lagi menyembah patung, tetapi kita menggantungkan harapan kita pada apa yang terlihat mata: materi. Berhala di masa sekarang tidak lagi berupa arca, tetapi berupa harta kekayaan yang terlihat mata, memberikan jawaban instan untuk hampir segala sesuatu yang kita inginkan. Lebih mudah bagi kita untuk mempercayai kemampuan harta di tangan kita daripada menggantungkan diri pada Allah yang tidak terpegang dan terlihat itu.

2. KEKUASAAN

“Dia yang membuat pembesar-pembesar menjadi tidak ada dan yang menjadikan hakim-hakim dunia sia-sia saja! Baru saja mereka ditanam, baru saja mereka ditaburkan, baru saja cangkok mereka berakar di dalam tanah, sudah juga Ia meniup kepada mereka, sehingga mereka kering dan diterbangkan oleh badai seperti jerami. (ay 23-24) Hal lain yang sering menjadi sumber pengharapan adalah kekuasaan manusiawi, baik berupa pengaruh ataupun kemampuan yang kita miliki. Kita berharap bahwa posisi dan jabatan seseorang akan dapat melepaskan kita dari permasalahan hidup. Kita berlomba mengejar kekuasan dan pengaruh karena semua itu memberikan rasa aman dan kemudahan dalam hidup, terlihat jelas dan lebih bisa diandalkan.

Jika kita renungkan sebentar saja, kita akan melihat betapa semua yang kita andalkan di atas samasekali tidak bisa dibandingkan dengan Allah yang “..menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar,…” (ay 26). Dialah “…Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.” (ay 28). Betapa seringnya dalam kekuatiran kita justru lebih memilih untuk berharap pada ciptaan sementara yang kelihatan (materi & ekuasaan),lebih daripada Allah. Arahkanlah pandangan Anda kepada Allah yang Maha Kuasa itu, dan biarlah Anda menjadi seseorang yang “…mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”(ay 31). Saat Anda mengalami hal ini, kata-kata pujian dan syukur akan mengalir dan kekuatan Ilahi akan menjadi miliki Anda. Tuhan Yesus memberkati.■

Penulis: Agus Lianto

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC