Surat Pastoral

Berhenti Meratapi Diri

Suatu kali seorang penyintas dari kecelakaan kapal laut terdampar di sebuah pulau terpencil. Orang tersebut berdoa agar Tuhan menyelamatkan dirinya.

Setiap hari dia melihat ke laut dan berharap ada kapal atau orang yang menemukan dirinya tetpi tidak ada yang datang. Akhirnya dia membangun sebuah pondok kecil sebagai tempat tinggal dan untuk menyimpan bahan makanan. Namun suatu kali pondok tersebut terbakar dan menghabiskan pondok tersebut. Dia bertanya kepada Tuhan mengapa Tuhan memperlakukan dirinya dengan tidak adil. Keesokan harinya ternyata sebuah kapal datang ke pulau tersebut dan menyelamatkan dia. Kapal tersebut mengetahui keberadaan dirinya dari asap yang terbakar dari pondok kecil miliknya.

Kisah di atas menunjukkan kesulitan atau kesukaran yang kita alami belum tentu pada akhirnya akan menghancurkan kita. Memang di saat mengalami kesukaran dan penderitaan banyak orang yang mempertanyakan Tuhan. Di dalam 2 Korintus 4:17, Rasul Paulus menuliskan sebagai berikut Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Dari Firman Tuhan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa kita jangan terlalu fokus kepada penderitaan atau kesukaran kita. Jika kita terlalu fokus kepada penderitaan kita maka kita akan meratapi diri kita secara terus menerus. Hal ini membuat kita sulit lepas dari masa lalu dan memandang ke masa depan. Merasa sedih atau menangis di saat mengalami kesukaran atau penderitaan adalah sesuatu yang wajar. Namun janganlah kita meratapi keadaan kita berlarut-larut seolah-olah tidak ada lagi pengharapan di dalam kehidupan kita.

Renungan dan Penerapan


Pokok-pokok Doa

Penulis: Jeffrey Kurniawan

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC