Surat Pastoral

JALAN TERBUKA

Sebagai orang percaya kita sering tidak menyadari bahwa kita sebenarnya menyembah Allah yang tidak terhampiri. Kekudusan-Nya begitu dahsyat, sehingga tidak ada seorangpun dapat melihat-Nya dan tetap hidup (Keluaran 33:20).

Hal ini terjadi karena manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah, sehingga saat manusia berjumpa langsung dengan Allah, kekudusan Allah akan membunuhnya. Kekudusan Allah begitu murni sehingga tidak dapat didekati sedikitpun oleh manusia yang berdosa.Tapi pengorbanan Kristus di atas salib mengubah semua itu. Saat ini kita dapat menghampiri Allah dengan penuh keyakinan, karena kita telah dikuduskan oleh karya salib Kristus. Kristus sang Imam besar telah membuka jalan bagi kita menuju ke tahta kasih karunia Allah. Dengan adanya jalan yang terbuka ini Alkitab mendorong kita untuk melakukan beberapa hal:

1. Menjumpai dan menyembah Allah setiap waktu dalam kekudusan

“...Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Ibrani 10:21) Dengan jalan yang terbuka kita tidak lagi memerlukan pengantara, tempat atau ritual tertentu untuk menyembah ataupun berdoa.Yesus menjelaskan bahwa penyembahan terjadi dalam roh dan kebenaran, yang berarti kita dapat menjumpai dan menyembah Tuhan setiap saat dan di setiap tempat. Dengan pengorbanan Kristus di kayu salib kita memiliki kepastian bahwa hati nurani kita telah disucikan agar layak untuk masuk dalam hadirat-Nya.Tidak ada lagi keraguan atau ketakutan yang menghalangi kita untuk menikmati hadirat Allah setiap hari dalam kehidupan kita.

2. Berpegang teguh pada pengharapan

“Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.” (Ibrani 10:23) Ada banyak hal negatif dalam dunia ini yang bisa membuat kita meragukan janji Allah. Jalan terbuka kepada Allah menjadi jaminan bahwa pengharapan yang kita miliki dalam Dia tidak akan pernah sia-sia. Saat kita masuk ke hadirat Allah dan menyembah di hadapan-Nya, kita akan menyadari bahwa tidak ada lagi yang perlu dikuatirkan dalam hidup ini. Kita hanya perlu tetap berpegang teguh pada pengakuan iman bahwa Allah setia dan sanggup melaksanakan semua yang Dia janjikan. Saat kita merasa kuatir dan hilang harapan, kita hanya perlu masuk melalui jalan yang terbuka itu dan berjumpa dengan hadirat Allah, dan pengharapan kita akan kembali diteguhkan.

3. Saling memperhatikan satu sama lain “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:24)

Dengan jalan yang terbuka kepada Allah, kita tidak lagi perlu berjuang untuk diselamatkan. Sorga sudah menjadi milik yang pasti. Itu sebabnya kasih menjadi hukum yang terutama bagi kita selama hidup di dunia ini. Kekristenan bukanlah sebuah perjuangan untuk masuk sorga, tapi sebuah perjuangan untuk mengasihi sesama kita. Hubungan yang kita miliki dengan Allah sepatutnya mendorong kita untuk mengasihi dan melakukan yang terbaik bagi sesama kita. Kita diminta untuk setia hadir dalam ibadah bukan karena alasan agamawi, tapi karena pertemuan ibadah (dalam konteks perjanjian baru adalah ibadah dalam kelompok kecil) adalah sebuah kesempatan untuk saling menasihati dan mendorong dalam kasih dan perbuatan baik. Itu sebabnya setiap kita perlu memastikan bahwa kita tergabung dalam Contact, di mana kita bisa lebih giat untuk mengasihi sesama kita.Tuhan memberkati kita semua.

Penulis:Agus Lianto

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC