Surat Pastoral

Cinta

Suatu hari seorang wanita datang menemui seorang psikolog dan konselor pernikahan bernama George Crane untuk menceritakan kebenciannya terhadap suaminya dan niatnya untuk menceraikan suaminya.

Dia berkata : ”Aku tidak mau hanya sekedar meninggalkan dia, aku mau dia menderita seperti aku menderita sekarang karena perlakuannya.” Dr. Crane memberikan suatu ide menarik untuk dilakukan oleh wanita tersebut, katanya " Pulanglah dan bertindaklah seolah-olah kamu betul-betul mengasihi suamimu. Katakan padanya betapa ia sangat berarti bagimu dan betapa kamu sangat mencintainya. Pujilah dia setiap hari dengan kata-kata yang manis dan baik. Bersikaplah sebaik mungkin terhadapnya . Gunakanlah setiap saat untuk menyenangkan hatinya dan menikmati kebersamaan bersamanya. Lakukan semua yang terbaik dan terindah yang dapat dilakukan sampai ia betul-betul meyakini bahwa kamu sangat mencintainya. Setelah engkau yakin bahwa ia percaya bahwa engkau mencintainya dengan segenap hati dan tidakingin kehilangan dirinya, barulah lepaskan bom yang menghancurkan itu. Katakan bahwa engkau akan menceraikan dirinya dan tinggalkanlah. Hal itu akan sangat menyakitinya dan membuatnya menderita. " Dengan mata bersinar-sinar untuk membalas dendam, ia tersenyum dan berkata:” Luar biasa, luar biasa, sungguh suatu ide yang cemerlang. Pasti akan sangat mengejutkan dan membuatnya menderita !”

Sesampainya di rumah ia segera melakukan rencananya tepat seperti yang telah didengarnya. Dia mulai berindak “seolah-olah.” Ia berusaha menunjukkan bahwa ia mengasihi dan berlaku sebaik mungkin terhadap suaminya, ia melayani, memuji, memberikan perhatian , mendengarkan dan menemani suaminya. Setelah dua bulan tidak terjadi apa-apa dan memasuki bulan yang ketiga juga tidak terjadi apa-apa. Ketika wanita tersebut tidak juga kembali menemui sang dokter maka Crane menelponnya dan bertanya :” Apakah sekarang engkau siap untuk menceraikan suamimu?” “Cerai ?” katanya. “Aku tidak akan pernah menceraikan suamiku. Selama beberapa bulan terakhir ini aku menyadari bahwa aku sungguh-sungguh mencintai suamiku.“ Dan juga setelah aku mengubah sikap terhadap suamiku, ternyata dia berubah secara drastis. Rupanya tindakannya telah mengubah suasana hatinya. Dan suasana hatinya yang berubah dipenuhi cinta menyebabkan keadaan berubah dan suaminyapun berubah. Demikian kuatnya cinta sehingga mampu mengubah kebencian, seperti dikatakan di dalam Alkitab : …karena cinta kuat seperti maut,..( Kidung Agung 8:6).

Rupanya cinta bukan hanya buta seperti kata pepatah melainkan juga kuat seperti kata Firman Tuhan. Cinta merupakan kekuatan terbesar di dunia ini. Khususnya ialah cinta yang ilahi, kasih yang ilahi, bukan yang manusiawi. Sebab kasih yang manusiawi adalah kasih yang egois dan menuntut sedangkan kasih ilahi adalah kasih yang memberi dan tidak pernah menuntut. Tuhan mengasihi kita, tidak peduli siapa kita dan kasih-Nya kuat demikian rupa sehingga mampu mengubahkan seluruh kehidupan kita. Hanya dengan hidup dalam kasih-Nya saja akan dapat memberikan kekuatan sejati di dalam kita menghadapi kehidupan ini.

Renungan dan Penerapan


Pokok-pokok Doa

Penulis: Petrus Nawawi

Share This Post:
 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC