Luar Negeri

Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?

Setiap manusia pasti menginginkan hidupnya berada pada keadaan yang pasti. Oleh sebabnya manusia berusaha mencari kepastian-kepastian, agar hidupnya memperoleh ketenangan.

Hidup dalam iman, bukan hidup dalam keadaan yang tenang. Hidup dalam iman adalah hidup dalam ketidakpastian dan kemustahilan. Sebagai orang percaya kita harus berjalan menuruti apa kata FirmanNya. Secara alami, tindakan tersebut dianggap sebagai tindakan yang konyol, jangan disalah artikan, kalau demikian kita tidak perlu lagi memiliki pekerjaan, mengantisipasi segala hal. Iman kristen tidak demikian.

Allah mengajarkan agar kita pun mengantisipasi hidup ini, namun Allah menghendaki agar hidup kita bukan didasarkan pada apa yang kita lihat dan rasakan, tapi kepada Tuhan.

Bila suatu hari, Allah mengubah apa yang sudah direncanakan dan dipersiapkan oleh kita, ijinkan Allah untuk mengubahnya. Dengan demikian Allah akan bertanggung jawab atas kita.

Mengapa begitu banyak kekuatiran muncul dalam hati kita ? karena kita bertanggung jawab penuh atas hidup ini, dan melupakan Tuhan. Tuhan selalu memberikan dukungan kepada kita. Tuhan tidak akan melupakan bahkan meninggalkan kita, asal kita tahu bahwa Tuhan ada dipihak kita dan kita sedang ada direncananya Tuhan.

Keperpihakan Tuhan kepada umatNya adalah salah satu dari dari sekian banyak janji. FirmanNya berjanji: bila Allah dipihak kita, siapakah lawan kita - siapakah lawan kita, bila Allah ada dipihak kita.

Keperpihakan Allah, tidak secara membuat kita bebas dari hambatan, sebab ada kata "lawan" ini berarti akan ada hambatan atau tantangan meskipun Allah ada di pihak kita. Dalam hal inilah kita membutuhkan sebuah kenyakinan iman.

Renungan dan Penerapan


Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Yohanes 5:6

Dalam sebuah keadaan tertentu mungkin kita mulai berangan-angan untuk menjadi orang lain. Kita berangan-angan sebab kita melihat bahwa orang tersebut sepertinya lebih baik hidupnya dibanding dengan kita. Tahukah anda, pada saat yang sama ada orang lain pula yang berangan-angan untuk menjadi anda, sebab orang lain tersebut melihat bahwa anda lebih baik hidupnya dibanding orang yang ingin menjadi anda.

Setiap manusia, memiliki pergumulanya masing-masing. Meskipun pergumulanya sama namun setiap orang akan meresponinya dengan beda. Walaupun setiap manusia memiliki banyak pergumulan, ketahuilah bahwa pergumulanya tidak akan melewati batas yang Tuhan buat.

Respon dari pergumulan menjadi faktor penting untuk menyelesaikan masalah, sekaligus akan mengetahui keberdaaan siapakah diri kita ini.

Tak jarang dijumpai, bahwa pergumulan baru akan datang bertubi-tubi dan bertambah banyak bukan karena kita tidak menyelesaikanya namun cara meresponinya yang salah dengan membuat masalah baru.

Hal yang sama dilakukan oleh orang lumpuh, membuat alasan, adalah gambaran bagaimana orang tersebut meresponi ajakan dari Tuhan Yesus.

Cobalah kita menempatkan diri ini semisalnya kita mendapatkan pergumulan, dengan berbagai cara usaha telah dilakukan untuk menyelesaikanya, namun hasilnya nihil, pada saat tersebut anda mendengar Suara Tuhan yang memberikan ajakan yang tidak masuk akal, bagaimana respon anda ?

Renungan dan Penerapan


 
Sinode Gereja Kristen
Perjanjian Baru
  • Address:
    MDC Hall, Wisma 76 Lt. 26
    Jl. S. Parman Kav. 76 Slipi
    Jakarta Barat 11410
  • Phone: (+6221) 53690033
  • Fax: (+6221) 53690055
 
 
© 2016. «GKPB MDC